Sidak ASN, Transformasi Menuju Pelayanan Prima

Ihksan Syarifuddin, Direktur Eksekutif Transdata. (FOTO : IST)

Banyak yang bertanya, entah dalam pertemuan offline, cerita-cerita di warkop ataupun berita dan komentar netizen melalui medsos, apa sih yang membuat pak wali tiap hari melakukan sidak terhadap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kelurahan dan kecamatan? Kan banyak urusan yang lebih penting yang bisa dilakukan untuk kota ini. Ini beberapa pertanyaan yang sempat saya inventarisir yang muncul di permukaan terkait fenomena tersebut.

Tentu silang pendapat ini adalah sesuatu yang wajar karena begitu besarnya harapan masyakarat terhadap kinerja Walikota, Wakil Walikota dan semua Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di Kota Palu untuk segera menyelesaikan semua permasalahan dan persoalan warga Kota Palu.

Bacaan Lainnya

Namun bagi saya, justru bapak Walikota sedang melakukan Langkah Besar dalam transformansi mindset, pola dan system kerja ASN yang selalu digaungkan oleh banyak orang yang sering dikenal dengan istilah “reformasi birokrasi”  namun diksi itu lebih banyak digunakan sebagai pemanis saat debat kandidat, saat pidato dan ceramah. Padahal, kalau kita mau jernih dan jujur dengan realitas yang ada, Frontliner/Garis Depan dalam menjalankan e-governance dan reformasi birokrasi sebagai cerminan terjadinya pelayanan prima kepada masyarakat harusnya terletak di ujung tombak pelayanan di kantor kelurahan dan kantor kecamatan.

Baca Juga :  Ragu-ragu: Mundur!

Salah satu contoh yang paling sederhana adalah, Ketika issu rehab-rekon dan dana stimulan yang pencairannya terkatung-katung dan selalu revisi karena data yang tidak sinkron dan data yang tidak valid, akhirnya masyarakatlah yang dirugikan, naah dimana letak masalahnya ? kalau saya menilai yaa karena di ujung tombak pelayanan masih kurang prima dalam menstandarkan system pelayanan prima kepada masyakarat. Seharusnya, kantor kelurahan lah tempat semua simpul masalah dan keluhan warga bisa diselesaikan, di kelurahan-lah semua problem kota dapat diurai dengan baik, coba pikirkan jika 46 kelurahan ini bekerja secara prima dan berkualitas maka masyarakat tidak harus mencari solusi dengan pendekatan lain-lain atau katakanlah mengandalkan kedekatan dengan orang dinas atau pejabat. Yang akhirnya di satu instansi terjadi penumpukan masalah dan akhirnya memperlambat penyelesaian permasalahan tersebut. Ini harus diselesaikan dengan pendekatan system yang ber-orientasi pelayanan.

Baca Juga :  Kudeta dan Demokrasi

Masalah sampah yang juga lagi viral di medsos pun harus-nya bukan menjadi masalah yang berlarut-larut jika di level kelurahan dapat menata warga-nya melalui RW dan RT agar tertib dalam hal jadwal pembuangan sampah, dimana harus membuang sampah, jam berapa harus dibuang di titik pengumpul sampah. dll

Jadi, Ketika melihat pak Walikota intens dan konsisten melakukan sidak ke kantor kelurahan, kecamatan, sekolah dan OPD, sesungguhnya kita harus menangkap esensi dan spirit tentang transformasi yang sedang berjalan dan masyarakat pun harusnya bisa melihat hal ini sebagai keniscayaan menuju Kota Palu yang modern, bersih, indah dan menjadikan Kualitas Pelayanan ( Service Quality ) sebagai nafas semua ASN di dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Dan dalam transformasi tersebut, akan selalu ada pro dan kontra, itu adalah hal wajar di ruang publik, namun mari kita memberi kesempatan sebagaimana kita ingin melihat kota ini menjadi lebih baik.

Sidak pun tidak dalam rangka pencitraan, saya meminjam istilah the power of repetition, kekuatan mengulangi, Ibarat lantai yang sudah sangat kotor, maka tidak cukup menyapu satu kali, perlu berkali-kali dan terus menerus agar senantiasa terjaga kebersihan lantai itu.

Baca Juga :  Dampak Mahar Politik dalam Pilkada terhadap Pembangunan di Daerah

Begitupun proses sidak yang dilakukan berulang-ulang ini adalah konsistensi dan Endurance yang diperlihatkan kepada warga dan masyarakat bahwa untuk merubah keadaan menjadi lebih baik tidak cukup hanya jargon dan melakukan 1 kali lalu simsalabim semua langsung berubah, tapi harus diulangi dan diulangi lagi agar terjadi perbaikan secara terus menerus ( sustainable Improvement ), seperti itulah Jepang meraih keunggulan kompetitif-nya baik dari aspek korporasi maupun manajemen pemerintahannya. Konon, Ronaldo sang Legenda Hidup Sepakbola melatih tendangannya 2000 kali / hari untuk mendapatkan keahlian tendangan pisang tanpa harus lagi melihat gawang lawan.

Insya Allah proses ini lagi berjalan di Kota Palu, Masyarakat dan ASN harus mendukung dan bersama Pemimpin-nya dalam menyukseskan perubahan menuju kota Palu yang modern dan mampu meraih Adipura. Semoga…

Penulis : Ihksan Syarifuddin, (Direktur Eksekutif Transdata)

 

Pos terkait