PALU,CS – Faham radikalisme dan ideologi berhaluan khilafah yang saat ini mulai merangsek ke Kampus-Kampus perguruan tinggi di Palu menjadi isu utama yang disuarakan sejumlah mahasiswa dalam aksi damai yang digelar di depan Kantor Gubernur Sulteng, Selasa 25 Mei 2021.

Aksi penolakan mahasiswa terhadap hal ini dilakukan dengan menyebarkan brosur berisi sikap penolakan kepada setiap pengendara yang melintas. Serta membentangkan spanduk dan lembaran dengan berbagai kalimat penolakan.

Menurut Firman, perwakilan mahasiswa, gerakan yang mendukung sistem pemerintahan khilafah menguat di kampus-kampus pasca reformasi hingga sekarang.

Gerakan ini dilakukan oknum mahasiswa gema pembebasan yang berniat mengganti pancasila dengan ideologi khilafah kemudan mendirikan negara Islam.

Gerakan mahasiswa gema pembebasan ini dinilai sebagai gerakan transaksional  dan organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi sekaligus sayap dan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HIT) dengan mengusung cita – cita mewujudkan negara khilafah.

Gerakan dan gagasan khilafah ini bertentangan dengan dasar ideologi  negara dan mengancam keutuhan dan kesatuan Indonesia.

Dia menyebut, organisasi gerakan mahasiswa pembebasan sejauh ini sangat masif melaksanakan aktifitas kajian-kajian bahkan melakukan rekrutmen mahasiswa di kampus-kampus.

Faham radikal menyusup melalui perkuliahan lewat peran oknum dosen. Hal ini bahkan dianggap bukan menjadi persoalan serius bagi kampus dengan membiarkan aktifitas dari gerakan mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan berfaham radikal.

Dalam aksi ini, para mahasiswa ini menyampaikan sejumlah hal untuk perhatian.

Yakni meminta, PPATK segera menyelidiki aliran dana gema pembebasan mahasiswa tersebut.
Menertibkan organsasi kemahasiswaan yang berupaya untuk merubah ideologi negara.

Menindak tegas civitas akadamik yang terindikasi dan terpapar radikalisme.

Termasuk meminta pimpinan universitas harus mengontrol fasilitas kampus, mesjid, musholah, dan ruang pertamuan agar tidak diberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan radikal.

Firman menambahkan, pihaknya juga
menolak adanya calon Rektor yang terpapar radikalisme.

Saat ini kata dia, sudah terlihat bahwa kampus telah menjadi wadah mengembangkan radikalisme terutama faham khilafah atau yang ingin mengubah idelogi negara.

“Di Kampus Untad ada Indikasi. Tapi mungkin bukan hanya menyasar kalangan mahasiswa tetapi juga oknum dosen,”bebernya.

Menurutnya, pergerakan itu memang belum terlalu nampak terlihat. Namun dikalangan mahasiswa hal ini sudah mukai perlahan-lahan nampak. Sementara dikalangan dosen dan oknum petinggi kampus itu belum terlalu nampak.

“Ini perlu dan harus dicegah bersama masyarakat dan pemerintah,”tutup Fiman.

Terpisah, Ustad Adnan Arsal mengatakan, organisasi HTI yang mengajarkan paham khilafah saat ini menyasar mahasiswa di kampus-kampus. Yakni melalui gema pembebasan yang menjadi salah satu sayap HTI.

Gema pembebasan ini menurutnya kini tengah melakukan perekrutan mahasiswa baru dan juga masuk ke civitas akademika. Mulai dosen, dekan, Rektor maupun kandidat calon Rektor yang sebentar lagi ikut dalam pemilihan Rektor.

Karenanya Ustad Adnan menyampaikan agar masyarakat Kota Palu untuk selalu menjaga kerukunan antar umat beragama.

Tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran khilafah. Ajaran radikal, yang dapat memecah belah antar sesama masyarakat Kota Palu yang dari dulunya sudah hidup rukun dan damai. Termasuk waspada dari bahaya gema pembebasan yang melakukan perekrutan di kampus-kampus.

Adnan Arsal mengaku akan bersama masyarakat Kota Palu melakukan penguatan iman masing-masing supaya tidak terpengaruh dengan paham-paham khilafah.

Serta akan melakukan pengawasan terhadap Ormas gema pembebasan yang menyebarkan paham khilafah dan melakukan kerjasama dengan aparat keamanan jika menemukan aktifitas dari kelompok yang radikal tersebut.

Ustad Adnan Arsal menambahkan,  gema pembebasan sedang menggeliat dengan menunggangi momen bela Palestina.

“Ini bukti bahwa gerakan HTI dengan paham khilafahnya itu masih ada. Gema pembebasan salah satunya,”urai Adnan.

Dimana, bukan hanya mahasiswa yang telah terpapar namun civitas akademika kampus-kampus juga ikut terpapar paham khilafah, dosen, dekan rektor bahkan kandidat calon rektor yang akan mengikuti pemilihan rektor di Universitas Tadulako (Untad).

Ustad Adnan Arsal menyampaikan agar peran serta pemerintah dan pihak civitas akademik kampus untuk menyaring kandidat calon Rektor yang akan ikut pemilihan rektor di Untad.

Dan bersama para tokoh agama, masyarakat, ormas dan mahasiswa akan terus melakukan perlawanan terhadap paham HTI terutama gema pembebasan.

Ini untuk memperkecil ruang gerak penyebaran paham khilafah terutama yang sudah menyasar di kampus-kampus salah satunya di Untad dan kampus-kampus lainnya di Sulteng.(TIM)