SULTENG, CS – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), tahun ini  menyalurkan bantuan alat pengolah ikan ke Perguruan Tinggi (PT) Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu.

“Unisa sudah masuk bantuan mesin pengolah untuk keperluan media belajar mahasiswa, juga sebagai kekuatan fakultas mana kala diakreditasi,” Ucap Kepala Bidang Budidaya, Pembinaan dan Pengolahan Hasil Perikanan DKP Provinsi Sulteng, Muhammad Syafar, baru-baru ini.

Syafar menyebut, bantuan mesin pengolah yang diberikan tediri atas blender, freezer dan lainnya berkisar Rp50 juta. Bantuan disalurkan atas permohonan dari pihak Unisa.

“Mereka (Unisa) menyurat ke pak gubernur, memang sudah agak lama, kita langsung support,” ujar Syafar.

Kepala Bidang Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DKP) Sulteng, Muhammad Syafar. (FOTO : Channelsulawesi.id)

Dia menambahkan, selain Unisa, pihaknya juga akan memberikan bantuan serupa kepada Politeknik Palu yang realisasinya pada tahun 2022 mendatang.

Tekait dengan hal itu,  ditahun 2022,  DKP Provinsi Sulteng juga akan melaksanakan program khusus menyasar pesantren.

Program dimaksud dengan nama Biontren, akronim dari Bioflok Masuk Pesantren. Bioflok sendiri merupakan salah satu teknologi budidaya ikan air tawar untuk nila dan lele yang tengah dikembangkan di Sulteng.

“Tahap pertama kita lokalisir untuk dua pesantren di Kota Palu dan Kabupaten Sigi,” ungkap Syafar, Senin, 24 Mei 2021.

Dia mengatakan selain di Palu dan Sigi, sasaran program Biontren disiapkan untuk salah satu pesantren di wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Namun untuk finalisasinya masih harus menyesuaikan kesiapan anggaran.

“Tahun-tahun berikutnya baru kita menyebar ke kabupaten lain. Tapi memang ada kita setting satu di Parigi Moutong. Kita rencana nanti mungkin enam paket saja dulu, masing-masing dua paket,” ucap Syafar.

Syafar menerangkan keberadaan budidaya ikan dengan teknologi Bioflok memang diutamakan menyasar masyarakat, salah satunya melalui pesantren. Selain itu, lembaga pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat.

“Termasuk juga sekolah-sekolah advokasi, tapi bantuannya nanti lebih banyak alat untuk pengolahan ikan,” terangnya.  **