SULTENG,CS – Anggota DPRD Sulteng, Ronald Gulla ST meminta Pemerintah Provinsi Sulteng dan kabupaten/kota mengawal tarif baru tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Ini menyusul adanya penetapan harga secara resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Yakni sebesar 495 ribu untuk wilayah Jawa dan Bali dan Rp525 ribu untuk wilayah luar Jawa dan Bali sesuai instruksi Presiden Joko Widodo yang disampaikan pada Minggu 15 Agustus 2021 lalu.
“Harusnya pemerintah daerah mengawal, bukan hanya menginistruksikan kepada rumah sakit dan laboratorium negeri milik pemerintah, tetapi harus dikawal juga yang swasta,” ujar Ronald Gulla, Senin 23 Agustus 2021 di Kantor DPRD Sulteng.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menyebutkan, beberapa Laboratorium di luar seperti prodia, maxima dan klinik agung harus mengikuti harga ketetapan pemerintah pusat. Begitu juga dengan beberapa rumah sakit swasta, juga harus mengikuti harga sesuai instruksi presiden.
“Jadi harus ada pengawasan ketat dari pemerintah, agar semua mengikuti harga sesuai ketetapan pemerintah pusat,” kata politisi asal Banggai ini.
Dia juga berharap, media dapat mencari informasi terkait penerapan harga tes PCR yang berlaku di Sulteng saat ini apakah sudah sesuai keputusan pemerintah pusat atau masih dengan harga lama.
“Media bisa menyampaikan ke publik jika masih ada yang menggunakan harga lama, supaya pemda bisa menegur mereka agar mengikuti harga sesuai keputusan pusat,” tekannya.
Jika ada kendala dengan harga sesuai keputusan pusat itu, laboatorium dan rumah sakit swasta bisa menyampaikan hal itu ke pemda atau DPRD agar bisa didiskusikan.
“Jika ada lab yang mengalami kendala dengan harga dari pusat, silahkan disampaikan ke pemda dan DPRD Sulteng,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Sulteng, H Muharram Nurdin yang mememinta kepada semua usaha untuk mengikiti harga sesuai keputusan pusat.
“Hanya saja, agak repot bagi pelaku perjalanan, karena hasil swab PCR hanya berlaku 2 x 24 jam. Sementara hasil PCR lab swasta keluar tiga hari, sehingga sudah tidak berlaku lagi,” katanya.
“Kendalanya, klinik di Palu rata – rata alatnya di luar Sulteng seperti makassar dan surabaya,”pungkasnya (**).