SULTENG,CS – Puluhan pengurus Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Palu menyatakan sikap untuk menolak penundaan Pemilu. Pernyataan ini mereka kemukakan dalam aksi unjuk rasa di Kantor DPRD Sulteng, Jumat 1 April 2020.
Selain itu, PC IMM Palu juga mendesak pemerintah untuk stabilisasi harga kebutuhan bahan pokok menjelang bulan Ramadan dan hari raya idul fitri serta mengusut tuntas penyebab terjadinya kelangkaan BBM jenis solar.
Koordinator Lapangan (Korlap) aksi PC IMM, Awan Syahrul dalam orasinya mengatakan, wacana penundaan Pemilu telah menodai amanat reformasi. Upaya tersebut mengisyaratkan bahwa rezim saat ini tidak lagi taat konstitusi.
Konstitusi kata Awan seyogyanya ada untuk mencegah praktek otoritarianisme atau kekuasaan mutlak dan absolut untuk lahir kembali.
Terkait isu tuntutan PC IMM, Awan menejelaskan bahwa dalam menjalani ibadah ramadhan kali ini, beberapa bahan pokok telah mengalami kelangkaan dan kenaikan harga diantaranya minyak goreng dan cabai.
Harga cabai saat ini di Sulteng menurutnya telah menembus Rp 84. 950 per kilogram. Oleh sebab itu, dengan naiknya harga-harga bahan pokok ditengah situasi yang ekonomi masyarakat belum stabil akibat dampak covid 19, maka seharusnya pemerintah berperan untuk menekan harga harga pokok tersebut.
Sementara terkait dengan kelangkaan BBM jenis solar, Awan menyebut kondisi itu terus mengakibatkan antiran kendaraan memadati ruas jalan dan berdampak pada terhambatnya proses distribusi barang keberbagai daerah.
Dalam aksinya, massa aksi PC IMM Palu diterima empat Anggota DPRD Sulteng. Yakni, Alimuddin Pa’ada dari Fraksi Gerindra, Yahdi Basma dari Fraksi NasDem, Hidayat Pakamundi dari Fraksi Demokrat dan Ridwan Yalidjama dari Fraksi Golkar.
Setelah mendengar tuntutan PC IMM, mereka masing-masing memberikan tanggapannya.
Yahdi Basma dalam kesempatan itu menanggapi wacana penundaan Pemilu. Menurutnya, isu penundaan Pemilu yang dilontarkan beberapa ketua umum partai adalah sebagai bentuk pandangan politik.
Pandangan politik demikian kata dia berhak disampaikan oleh siapapun karena itu merupakan sebuah pendapat.
Alimuddin Pa’ada dalam kese ini menanggapi kelangkaan minyak goreng dan naik naiknya harga-harga menjelang ramadhan. Ia menduga penyebab di balik hilangnya minyak goreng dipasaran terjadi karena adanya mafia-mafia. Iapun mengaku iba terhadap pelaku distributor barang karena terhambat lantaran antrian BBM
“Namun kami sudah berupaya melakukan rapat dengar pendapat dengan beberapa pengusaha. Tapi anehnya, tetap saja masih terjadi kelangkaan di lapangan,”ujarnya.
Selanjutnya Hidayat Pakamundi yang mengaku aksi yang dilakukan pengurus PC IMM memang perlu terus dilakukan untuk memperingati para pengambil kebijakan.
“Kami apresiasi dengan aksi teman-teman PC IMM ini. Demonstrasi itu harus dilakukan sebagai pengigat kepada yang mempunyai kebijakan,”katanya.
Di hadapan massa aksi, Ridwan Yalidjama berjanji akan meneruskan tuntutan PC IMM tersebut kepada pihak eksekutif untuk segera ditindaklanjuti.
Usai mendengar tanggapan para legislator, massa aksi kemudian membubarkan diri dengan tertib.(**/TIM)