SULTENG,CS – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyiapkan uang kartal sebesar Rp1 Triliun untuk melayani kebutuhan penukaran uang pada liburan hari raya idul Fitri tahun 2022.

Demikian Kepala Perwakilan BI Sulteng, Dwiyanto Cahyo Sumirat dalam kegiatan silaturahim menjelang lebaran, Kamis 21 April 2022 di Kabupaten Sigi.

Menurutnya antisipasi kebutuhan penukaran uang tersebut merupakan instruksi langsung Gubernur BI karena pertimbangan terjadinya libur panjang selama lebaran.

“Gubernur kami sudah menginstruksikan antisipasi libur panjang untuk menambah intensitas penukaran uang. Yang awalnya hanya dibuka dibeberapa titik, maka tahun ini kami diperkenankan membuka layana di kantor,”kata Dwiyanto Cahyo Sumirat kepada wartawan.

Untuk memperlancar proses pelayanan penukaran uang tersebut, pihaknya jelas Dwiyanto terlah berkoordinasi dengan seluruh Perbankan. Agar terus memantau kecukupan uang di ATM.

“Jadi jangan sampai kurang uang di ATM. Karena orang mudik butuh uang dan bank-nya tutup,”sebutnya.

Pihaknya sendiri lanjut Dwiyanto, sejak awal Ramadan juga sudah mulai mendistribusikan uang ke seluruh kas titipan. Yakni kas titipan di Bungku Kabupaten Morowali, kas titipan Kabupaten Poso, Tolitoli dan Luwuk.

“Mereka sebelumnya juga sudah membuat perencanaan akan kebutuhan selama Ramadan. Jadi saat ini masyarakat bisa tukar ke kas titipan tersebut,”terangnya.

Ia menambahkan, kebutuhan penukaran uang yang terbesar berada di Bungku Kabupaten Morowali.

Pada bagian lain, Dwiyanto mengemukakan bahwa inflasi di Sulteng secara umum ditarget 3±1 yang diprediksikan tetap dalam batasan normal.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sulteng telah bertumbuh 11,9 persen pada triwulan 4 tahun 2021. Pertumbuhan itu diproyeksikan tetap tinggi namun dibawah dari persentase triwulan 4 tahun 2021.

“Mungkin tetap tinggi namun dibawah yang kemarin. Tapi tetap positif,”katanya.

Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan ekonomi adalah kontribusi dari pertambangan dan pengolahan nikel.

Namun saat ini di Cina terjadi penurunan permintaan akibat adanya lockdown di Sanghai. Kegiatan industri pengolahan juga dikurangi. Karena tengah menjaga kebersihan udaranya.

“Jika disana industri pengolahan disana dikurangi. Yang biasanya mengimpor nikel dari kita, maka mau tidak mau di sini juga ekspornya akan terbatas. Tapi tetap positif ya namun tidak sebesar sebelumnya,”demikian Dwiyanto Cahyo Sumirat (TIM).