BANGGAI,CS – 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah rentang waktu yang relatif pendek tetapi menentukan kualitas manusia transgenerasi.
Demikian Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Banggai, Dr dr Anang Otoluwa MPPM ketika menjadi narasumber dengan materi pentingnya 1000 HPK untuk pencegahan stunting dalam kegiatan Internalisasi materi dan media KIE 1000 HPK, Rabu 20 April 2022.
Kegiatan Internalisasi materi dan media KIE 1000 HPK yang dilaksanakan di Aula Kantor Dinas P2KBP3A Banggai ini merupakan salah satu bentuk kegiatan yang difasilitasi Perwakilan BKKBN Sulawesi Tengah.
Peserta internalisasi adalah penyuluh KB/ PLKB, kader BKB, ibu hamil, dan ibu yang memiliki baduta.
dr. Anang mengatakan bahwa setiap anak memiliki potensi pertumbuhan yang sama sampai dengan usia lima tahun, terlepas dimana dia dilahirkan.
“Organ tubuh yang paling membutuhkan zat gizi adalah otak. Anak yang lahir stunting, selain mengalami gangguan pada pertumbuhan atau tinggi badan, juga akan mengalami gangguan pada organ-organ yakni otak, jantung, hati, pankreas, hingga tingkat kecerdasan,”jelasnya
dr. Anang juga menjelaskan bahwa berdasarkan data riskesdas, Sulteng memiliki prevalensi penderita diabetes melitus, gagal ginjal yang tinggi dan juga kecenderungan prevalensi penderita hipertensi yang masuk dalam peringkat 10 besar tertinggi.
Akar masalahnya ada pada kegagalan 1000 HPK. Yakni rentang waktu 1000 hari sejak fertilisasi hingga bayi lahir (270 hari) plus 2 tahun pertama kehidupan anak (730 hari) .
Menurutnya, untuk penyelamatan 1000 HPK, intervensi harus dimulai sejak prakonsepsi atau calon pengantin.
“Kabupaten Banggai sudah menerapkan konsep pendampingan keluarga sejak tahun 2015. Salah satu konsep pendampingannya yaitu pelayanan kepada Calon Pengantin (Catin) dan Pasangan Usia Subur (PUS) meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan perbaikan gizi sebelum terjadi konsepsi atau pembuahan”,ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang KS Dinas P2KBP3A Kab. Banggai, Sri Tresny Banteng, SH juga turut menjadi narasumber dengan materi Sosialisasi Modul BKB Emas (Eliminasi Anak Stunting).
Modul BKB Emas yang terdiri dari BKB Kit (Permainan Ular Tangga) dan kalender pengasuhan merupakan alat bantu penyuluhan, berupa seperangkat alat permainan edukatif dan seperangkat media yang berisi materi yang dipergunakan kader untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga yang mempunyai baduta agar meningkatkan penerapan pengasuhan 1000 (seribu) hari pertama kehidupan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting.
Erni, sapaan akrabnya juga memberikan simulasi permainan Ular Tangga kepada peserta yang hadir. Dengan bermain sambil belajar, diharapkan peserta lebih mampu untuk menerima dan mencerna materi dengan baik dan nyaman. (***).