SULTENG,CS – Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah (Sulteng) baru-baru ini mengembangkan kemandirian pangan dengan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas tentang pertanian berkelanjutan.

Pelatihan itu digelar di Desa Tinauka, Towiora, Panca Mukti, dan Bonemarawa Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala dengan masing-masing peserta 25 perempuan setiap desa, Kamis 24 sampai dengan Jumat 25 Agustus 2022.

Kegiatan tersebut digelar di Desa Tinuaka dengan menyatukan peserta dari Desa Towiora begitupun Desa Panca Mukti dengan menyatukan peserta dari Desa Bonemarawa.

Konsep home garden (pertanian pekarangan) menjadi pilihan untuk dikembangkan dengan memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kecil yang ada serta dapat ditanami tanaman pangan. Selain itu  limbah rumah tangga juga bisa diolah menjadi pupuk organik.

Pelatihan juga diisi dengan diskusi materi dan praktek yang menggandeng BPP Rio Lalundu sebagai fasilitator teknis.

Dari hasil kegiatan pelatihan, terdapat rencana tindak lanjut perempuan yang di libatkan dalam kegiatan di integrasikan ke dalam Kelompok Wanita Tani (KWT).

Sehingga aktivitas yang dilakukan kedepannya dapat terintegrasi dengan kebijakan pemerintah desa maupun kabupaten.

Desa Tinauka ada 5 Kelompok Wanita Tani terbentuk paska pelatihan, yang berada di masing – masing dusun dan pemerintah desa berkomitmen akan mendukung melalui Dana Desa sebesar 20persen dalam program ketahanan pangan.

Untuk diketahui lahan pada empat desa di Kecamatan Rio Pakava saat ini dimanfaatkan sebagai lahan tanaman monokultur seperti sawit.

Belum lagi dominasi pemodal seperti HGU PT Mamuang dan PT LTT anak perusahaan Astra Agro Lestari (AAL)  yang begitu luas yang menyebabkan hampir tidak ada aktivitas masyarakat bertani untuk menanam tanaman pangan seperti sayur – sayuran.

Kondisi demikian disebut-sebut mengakibatkan kebutuhan dasar seperti pangan sebagian besar di pasok dari luar daerah dan dijual dengan harga yang mahal.
Contohnya harga sayur kangkung yang menembus Rp 5000 per ikat dan rica Rp10.000 per ekso

Karena pertimbangan tersebut, WALHI Sulteng menyebut tujuan kegiatan pelatihan pertanian berkelanjutan bertema “Mewujudkan Kemandirian Pangan dan Perbaikan Tata Kelola Ekologis” adalah untuk memberi pengetahuan teknis tentang tata cara menanam tanaman holtikultura, pembuatan pupuk organik, dan menata lahan.

Sekaligus mengedukasi tentang pentingnya untuk memastikan ketersediaan tanaman pangan yang ada di lingkungan masyarakat. Agar nantinya bisa membantu mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga.

Selain untuk kebutuhan konsumsi, kedepan, progam itu  bisa menjadi sumber mata pencaharian tambahan bagi masyarakat.

Toni (46), warga dari Desa Tinauka,  mengaku masalah yang kerap dihadapi warga di desanya adalah ketidakstabilan harga sawit. Menurutnya harga sawit pernah turun sebesar Rp5000 per kg.

Hal tersebut kata Toni menyebabkan masyarakat kesulitan menghadapi kondisi ekonomi yang memaksa masyarakat harus menekan pengeluaran rumah tangga terutama untuk kebutuhan konsumsi.

“Apalagi kita hanya berharap sumber utama mata pencaharian dari hasil sawit saja,”beber Toni.

Dengan melihat kondisi yang dialami petani tersebut,  maka sangat penting bagi WALHI mendorong kemandirian pangan masyarakat secara bertahap. Sehingga kesadaran akan ancaman kerentanan terhadap pangan perlahan bisa mudah diatasi.(***).