PALU,CS – Mengatasi inflasi butuh keterlibatan semua pihak utamanya masyarakat. Inflasi merupakan sebuah situasi dimana terjadi peningkatan harga -harga barang barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu.
Untuk mengatasinya, masyarakat cukup melakukan hal-hal sederhana terkait kebiasaan konsumsi.
Miko Bayu Aji dari Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menjelaskan, solusinya masyarakat jangan terlalu melakukan kegiatan belanja secara ekstrim dan berlebihan serta upayakan sisa belanja untuk menabung.
“Jangan fanatik pada selera makan kalau kita biasanya makan ikan laut. Kalau lagi mahal, ya udah beli yang biasa saja. Ada ikan lain, sebenarnya rasanya juga tidak beda,”jelas Miko Bayu Aji dalam temu pers di cafe sebelah Palu, Jumat 27 Januari 2023.
Untuk membiasakan diri konsumsi ikan tawar menurutnya memang harus dimulai perlahan-lahan oleh masyarakat. Demikian jika masyarakat biasanya harus selalu membeli cabe segar yang bisa dialihkan ke cabe dalam kemasan.
“Masyarakat kita, termasuk saya juga masih harus belajar membiasakan diri untuk coba dulu makanan yang tidak biasa kita makan itu,”katanya.
BI Sulteng terang Miko Bayu Aji pada 2022 telah melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar melalui beberapa program. Sehingga diharapkan pada tahun 2023 ini bisa dilanjutkan.
“Contohnya kerjasama dengan salahsatu pesantren untuk budidaya ikan air tawar. Kita harap bisa menjadi skala lebih besar pada usaha lainnya,”terangnya.
Pihaknya juga akan mulai memperluas sosialisasi dan edukasi terkait upaya mengatasi inflasi dengan mulai belajar mengubah perilaku dalam mengkonsumsi makanan.
“Warga lebih mudah mengikuti selegram untuk sosialisasi alternatif makanan selain ikan air laut. Yang intinya kita ingin mengedukasi bahwa ikan air tawar itu tidak kalah enaknya dengan ikan laut,”ujarnya.
“Kalau lagi mahal ya udah ga usah repot-repot beli yang mahal. Saat inflasi, bagaimana masyarakat berpartisipasi mengatasi inflasi, ya jangan berlebihan belanjanya, jangan fanatik pada salahsatu komoditas tertentu saja,”tambahnya.
Kepala KPw BI Sulteng, Dwiyanto Cahyo Sumirat menambahkan, menjelang puasa dan lebaran tahun 2023 ini masyarakat biasanya kawatir terhadap kelangkaan barang lalu melakukan penimbunan di rumah. Hal itu menurutnya tidak mesti dilakukan.
“Seberapa banyak sih kita mau menimbun tepung atau mentega,”tanya Anto.
Menurutnya masyarakat harus meyakini bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam untuk pemenuhan kesedian bahan kebutuhan lebaran tersebut. Pemerintah pasti akan menambah pasokan ketika terjadi kelangkaan barang di pasar.
“Ga usah takut ngga kebagian. Pasti kalau cabe mahal karena pasokan kurang, pemerintah akan mengadakan tambahan pasokan cabe. Misalnya dari Napu kita datangkan ke Palu. Ayam pun begitu, nanti kita akan kerjasama dengan pemasok dari daerah lain,”harapnya.
Masyarakat lanjut Anto, sapaan akrabnya menyebut tidak perlu takut jika mereka tidak mendapat bagian ketika terjadi kenaikan harga lalu melakukan penimbunan barang. Karena hal ini juga bisa memicu naiknya harga barang kebutuhan lain.
“Nanti kawatirnya karena terlalu menyimpan stok, barang nantinya tidak layak konsumsi,”harapnya.
Ia juga menyebut perilaku yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengendalikan inflasi adalah tidak melakukan konsumsi secara berlebihan.
Menurutnya salahsatu komponen inflasi dipicu barang tingginya konsumsi barang impor. Apalagi jika sedang terjadi pelemahan nilai tukar.
“Saat kita mengimpor barang pada saat nilai tukar sedang lama, maka harganya akan mahal. Ini artinya inflasi yang di impor. Harga barang yang dibeli dari luar negeri harganya jadi lebih mahal pada saat nilai tukar melemah. Kalau kita sering melakukan impor,ini juga akan membawa inflasi masuk,”ujarnya.
Karena itu ia mengajak masyarakat untuk membiasakan diri mengkonsumsi barang dalam negeri.
“Dengan begitu pendapatan bisa berjalan dan meningkat, masyarakat bisa lebih sejahtera sehingga harga-harga juga bisa terkendali,”paparnya.
Sebelumnya Anto menjelaskan bahwa tingkat inflasi gabungan dua kota di Sulteng hingga akhir tahun (Desember) 2022 berada pada level 5,96persen (yoy), mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih berada di atas rentang target inflasi nasional 3±1persen.
Tingkat inflasi tersebut berada diatas level realisasi inflasi Sulampua (5,63persen) dan Nasional (5,51persen).
Secara tahunan (yoy), inflasi Sulteng utamanya dipengaruhi oleh komoditas yang diatur oleh pemerintah (administered price/AP) seperti penyesuaian tarif TDL, BBM, bahan bakar rumah tangga serta kenaikan tarif angkutan udara.
Kebijakan tersebut merupakan dampak besarnya disparitas harga akibat tingginya harga acuan energi dunia. Selain itu, inflasi di tahun 2022 juga dipengaruhi oleh beberapa komoditas makanan bergejolak (volatile food), seperti telur ayam ras dan bawang merah, komoditas ikan laut yang produksinya fluktuatif, serta komoditas-komoditas inflasi inti, seperti tukang bukan mandor dan kontrak rumah.(TIM).