SULTENG,CS – Ketua Komisi-IV DPRD Sulteng Alimuddin Pa’ada mengemukakan stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan pada anak terhambat dan lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Menurutnya faktor penyebab stunting pada anak adalah asupan gizi dalam waktu lama, pola asuh kurang efektif, pola makan, sakit infeksi yang berulang, tidak melakukan perawatan pasca melahirkan, dan faktor sanitasi/lingkungan.
Begitu dibilang Alimudin saat menjadi narasumber kegiatan gerakan remaja peduli stunting yang digelar Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Sulteng bersama Forum Genre Sulteng di Sriti Coventional Hall Palu, Selasa 14 Maret 2023.
Ia mengatakan bahwa menjalani masa remaja tidak selalu mudah karena begitu besar tantangan. Karena itu remaja diharap lebih bertanggung jawab atas dirinya dan mengenal diri sendiri lebih dalam serta mematuhi aturan-aturan yang ada.
Pencegahan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab bagi para orang tua atau bagi pasangan yang sudah menikah, akan tetapi anak-anak remaja pun memilki peran yang cukup penting dalam mencegah stunting melalui inovasi-inovasi dan kreativitasnya.
Ia meminta pemerintah daerah bersama seluruh masyarakat Sulteng, khususnya remaja generasi bangsa dan negara agar kiranya dapat berperan lebih aktif dan bekerja lebih keras lagi dalam hal penurunan angka stunting dan mencegah terjadinya stunting di wilayah Sulteng.
“Menikah usia dini merupakan penyumbang terbesar naiknya angka prevalensi stunting, olehnya mari bersama-sama cegah terjadinya pernikahan pada anak usia dini,”kata Alimudin Pa’ada.
Kegiatan dibuka Kepala Dinas P2KB Provinsi Sulteng Tuty Zarfiana, mewakili Gubernur. Kabid Dokkes Polda Sulteng Kombes Budi Prasetijo Ketua LPPM Untad Dr.Rusydi, Kabid Bimais Kemenag Sulteng H.Junaidi, Ketua Pengadilan Agama Sulteng, Kejati Sulteng, Korem 132/Tadulako, Kepala Dinas Bapedda Provinsi Sulteng Sandra Tobondo, serta para peserta Siswa/Siswi SMA/SMK sederajat dari Kota Palu dan Kabupaten Sigi sebayak 220 anak.
Tuty Zarfiana, mengatakan persoalan stunting kini menjadi isu nasional serta mendapat perhatian khusus dari presiden, berdasarkan Perpres No.72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
Berdasarkan hasil survei status gizi indonesia (SSGI) tahun 2022 bahwa angka prevalensi stunting di indonesia sebesar 21,6persen sedangkan untuk wilayah sulteng lebih tinggi daripada angka nasional yaitu 28,2persen, sulteng masuk 7 besar angka prevalensi stunting tertinggi di indonesia.
Maka berdasarkan instruksi dan amanat presiden bahwa pada di tahun 2024 mendatang, provinsi sulteng harus mampu menurunkan angka stunting menjadi 14%, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi provinsi sulteng untuk bisa mencapai target tersebut.
Kata Tuty, jika hari ini ada 250 remaja peduli stunting dan setiap anak menginformasikan kepada 25 temannya maka dipastikan ada sekitar 6000 anak akan mendapatkan informasi bagaimana mencegah stunting dan pernikahan anak dibawah umur atau usia dini.(**).