DONGGALA, CS – Perwakilan PT. Panca Amara Utama (PAU), perusahan yang bergerak pada produksi amonia di Banggai mendapat penghargaan kategori pelestari burung Maleo dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sulteng, Yopie Morya Immanuel Patiro, kepada PT PAU yang diwakili Officer External Relation, Novari Mursita, dalam acara peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia tingkat Provinsi Sulteng, di Kawasan wisata Tanjung Karang, Kabupaten Donggala, Jumat 9 Juni 2023.
“Jenis burung endemik Maleo adalah khas sulawesi, yang selama ini terus dikonservasi dengan dukungan PT PAU bersama masyarakat,” ucap Yopie Morya Immanuel Patiro.
Dalam orasi tentanglingkungan hidup, Novari Mursita menjelaskan, bahwa PT PAU yang bergerak pada produksi amoniak di Banggai itu memiliki potensi terbesar di Indonesia untuk diekspor. Selama melakukan operasional, perusahaan tersebut tetap melakukan pelestarian lingkungan hidup di kawasan tempat usaha dan sekitarnya.
“Sejak awal, kami memiliki komitmen dan partisipasi dalampelestarian atau konservasi lingkungan berupa pelestarian Maleo, jenis burung endemic khas Sulawesi. Keberadaan burung maleo agar tidak terancam punah, maka kami ikut berperan melestarikan dengan secara bersama-sama masyarakat dan pakar lingkungan untuk penangkaran agar tetap berkembang biak. Sebab soal maleo itu tentunya melibatkan pakar dari perguruan tinggi yang telah memiliki pengalaman dan pemahaman sejak lama berdasarkan penelitian,” ungkap Novari di hadapan sejumlah peserta.
Menurut Novari, sebagai perusahan yang bergerak di Banggai tetap berkomitmen menjadi bagian untuk ikut dalam pelestarian lingkungan, tentunya dengan cara melibatkan masyarakat.
“Program ini kami lakukan sejak tahun 2014 sampai saat ini dengan telah berhasil mengembangbiakkan sekitar 300 lebih burung maleo di kawasan konservasi Bangkiriang,” jelas Novari.
Selain PT PAU, pada momentum itu, DLH Sulteng juga memberikan penghargaan kepada sejumlah aktivis lingkungan. (JAMRIN)