TOLITOLI,CS – Seorang warga di Kecamatan Tolitoli Utara Kabupaten Tolitoli bernama Ridwan mengaku mendapat perlakuan pelayanan tidak menyenangkan dari seorang dokter di Puskesmas Tolitoli Utara.

Ia mengaku tidak mendapatkan pelayanan maksimal dari seorang dokter berinisial M saat membawa cucunya untuk memeriksakan kondisi cucunya yang mengalami demam tinggi, Senin 24 Juli 2023.

Pasalnya dokter bersangkutan tidak melakukan pemeriksaan fisik terhadap cucunya. Dokter hanya sebatas bertanya -tanya. Setelah itu, dokter bersangkutan menawarkan kepada pasien untuk layanan perawatan inap atau perawatan jalan.

Tindakan dokter ini dirasakan pihak keluarga membingungkan karena tanpa melakukan pemeriksaan langsung meminta untuk rawat inap. Merasa tidak mendapat layanan pemeriksaan, Ridwan akhirnya memutuskan membawa pulang cucunya meski masih dalam kondisi demam tinggi.

Ridwan dalam rekaman yang diterima media ini menyayangkan sikap dokter tersebut. Menurutnya selain tidak memberikan pelayanan pemeriksaan, dokter bersangkutan juga berbicara dengan nada tinggi. Sudah begitu dokter tersebut juga tidak beranjak dari kursinya meski hanya sekedar untuk memeriksa cucunya.

“Tidak ada dia periksa. Cuma batanya- tanya. Baru langsung minta mau diobat saja atau mau menginap. Jadi saya bilang ya diperiksa dulu,”ungkap Ridwan.

Karena sesuai pengalamannya pada seorang mentri saat memeriksa kesehatan, seorang pasien itu diperiksa dulu baru diberikan resep.

“Ini cuma ditanya-tanya. Tidak ada barangkali dipegang atau diapa. Masa kita orang tua yang mau jelaskan penyakitnya anak-anak. Sementara kita tidak tau apa sakitnya ini,”ujarnya.

Ridwan mengaku dokter bersangkutan juga berbicara dengan nada suara keras saat melayani mereka.

Karena itu atas nama masyarakat Tolitoli Utara agar kejadian serupa tak terulang maka pihaknya meminta kepala dinas kesehatan memecat dokter bersangkutan.

Tudingan Ridwan ini telah mendapat jawaban dari dokter berinisial M ini. Dari rekaman yang diterima media ini dokter bersangkutan mengaku telah melakukan pemeriksaan seusai standar operasional prosedur.

Menurutnya pasien datang berempat orang. Anak (pasien) kedua orangtuanya dan kakeknya Ridwan. Anak ini datang dengan keluhan panas muntah BAB cair. Sama batuk beringus dan 2 hari tidak mau makan.

“Jadi begitu masuk saya anamnesis,memang saya bertanya-tanya. Karena penegakan diagnosis 60persen itu anamnesis,”katanya.

Dalam pertanyaan itu, ia mengetahui pasien sudah tidak muntah dan BAB cair namun masih demam. Dari hasil bertanya itu pula ia mengaku mendapat informasi bahwa anak tersebut tidak makan dan minum selama dua hari.

“Dari sinilah saya menawarkan untuk rawat inap. Pas awal, itu saya nilai mamanya anak ini tidak kooperatif. Karena menyerahkan semua keputusan pada ayahnya (Ridwan),”ujarnya.

Saat mendapatkan informasi, dokter inisial M ini menyebut dirinya lantas mengedukasi Keluarga pasien terkait sakit dan model pelayanan yang ia berikan. Namun, keluarga pasien terburu-buru tidak ingin lagi dilayani.

Menurutnya permasalahan ini hanya kesalahpahaman. Begitu pun soal jika dituding ia berbicara dengan nada tinggi. Dokter ini mengaku tidak bernada tinggi saat berbicara dengan keluarga pasien.

Dia mengaku jika keluarga pasien ingin melaporkan hal ini kepada kepala dinas atau ke pihak kepolisian, maka ia mempersilahkan.

“Karena saya rasa apa yang saya lakukan sudah benar. Kalau mau dilapor, ya tidak kenapa,”tandasnya (TIM).