Menembus Belukar Menggapai Awang-Awang Dusun Wana

Dusun Wana di puncak Barat Kota Palu merupakan dusun terpencil di pedalaman Kelurahan Tipo Kecamatan Ulujadi. Jaraknya tidak terlalu jauh. Namun dusun yang menyundul langit itu hanya bisa digapai dengan sepeda motor. Ganasnya tanjakan di tebing jurang menjadi rintangan berat bagi pengendara motor yang ke sana.

Laporan Hamdi Anwar.

PALU,CS – Empat sepeda motor beriringan belok ke Utara menuju dua jalan rabat kecil. Jalan itu ditemui setelah setir motor berbelok kiri dari jalan poros pegunungan Salena. Dari jalan Malonda Palu, titik jalanan itu berjarak 2 kilometer ke atas setelah perkampungan Salena.

Jalan rabat yang dijumpai pertama itu dibuat dua sisi untuk lintasan ban mobil. Di sini jalan belum terlalu menanjak miring. Tapi pemotor harus fokus melintasinya. Karena lebar rabatan masing-masing hanya seukuran ban mobil.

Jalan ini adalah jalan rintisan Dinas Perkebunan Sulteng yang menembus jauh ke dalam lebatnya belukar di lembah bukit. Hingga berujung pada sebuah sungai dangkal nan jernih yang mengiris jalan.

Di sungai itu orang-orang yang hendak ke Dusun Wana biasanya singgah sebentar. Sungai ini menjadi titik star untuk kembali naik menyusuri kemiringan. Ada sebuah pondok kayu kecil di sini. Warga di pondok terlihat memandu setiap orang yang tiba di sungai.

Di tempat ini pula warga biasanya menawarkan jasa tumpangan. Mereka semuanya menggunakan motor pemutar manual. Tempat inipun menjadi titik terjauh yang bisa dijangkau mobil sebelum ke puncak Wana. Selanjutnya perjalanan harus ditempuh dengan motor. Lalu memulai kembali perjalan di tanjakan pertama yang tampak miring 75 drajad.

Deru mesin empat pemotor tadi mulai terdengar mengaum keras, mencoba melawan ganasnya tanjakan pertama berliku. Tanjakan pertama ini hanya selebar dua meter. Bahannya paving blok. Jalan ini dibangun Dinas Pertanian Kota Palu untuk menunjang aktivitas pertanian warga Dusun Wana.

Jalan berbahan paving blok itu menjulang naik terhampar di lereng-lereng bukit yang terjal. Dari bawah jalanan itu seolah berdiri tegak. Pandangan ke atas harus tetap fokus. Sebab di kanan, jurang sedang mengintai.

Tak berapa lama, sekelompok bocah berketapel berpapasan dalam perjalanan itu. Ini tanda pemukiman Wana sudah dekat. Mereka anak-anak Dusun Wana yang turun menghabiskan siang bersama alam.

Baca Juga :  Lagi, Pemkot Modali Usaha 170 Kepala Keluarga di Palu

Kanopi di bentangan alam sepanjang tanjakan ini lebat dengan pepohonan dan semak yang sejuk. Menjadi tempat anak-anak tadi berburu beragam jenis burung.

Raungan mesin motor pun terdengar semakin kencang ketika berhasil melewati satu tikungan tajam tepat di tanjakan. Hamid, rekan sejawat dari MAL Online yang ikut bersama menyarankan berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin motor. Sebab masih banyak tanjakan berliuk terjal yang harus dilalui di atas sana. Mesin motor harus dengan kondisi terbaiknya untuk lolos dari tanjakan maut berikutnya.

Sedang Tamrin, petugas dokumentasi dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Palu dengan motor 4 tak manual miliknya tampak berusaha menyusul dalam perjalanan menuju awang-awang ini. Dia jauh tertinggal di bawah dengan kepulan asap menyengat yang menyembul dari knalpot motornya. Pengalaman akhirnya membawa dia tetap bisa mengawal pemotor lain.

Ancaman bahaya bukan cuma jalan menanjak yang memaksa mesin bekerja lebih keras. Butiran pasir berhamburan di jalan juga perlu diwaspadai. Butiran pasir itu bisa membuat ban motor terseret karena kemiringan, meski pedal rem motor telah dicengkeram kuat.

Jalan menuju Dusun Wana ini memang cukup memacu andrenalin. Namun udara sejuk dan teduh yang membersamai telah menjadi penawar kengerian. Dari dalam semak belukar, perlahan Teluk Palu mulai samar terlihat sebelah. Pemandangan elok itu baru bisa terlihat jelas setelah di puncak nanti.

Usai tanjakan paving blok, jalan yang dijumpai kemudian adalah jalan rabat beton tebal yang juga berlebar dua meter. Jalan ini penyambung jalan paving blok yang putus sebelum tiba ke dusun.

Untuk belokan, rabatan beton terlihat sedikit agak lebar. Rabat beton ini dibangun Dinas Pekerjaan Umum (PU) Palu sejak awal Agustus 2023.

Utami, salahsatu dari empat pemotor tadi. Termasuk media ini. Utami terlihat sudah akrab dengan warga setempat. Setiap kali berpapasan, dia selalu bertegur sapah dengan warga. Lima pekan belakangan Dia memang bolak-balik di jalan itu. Utami adalah pengawas dari Bidang Bina Marga Dinas PU Kota Palu yang bertugas mengawasi pekerjaan jalan rabat beton dengan dana swakelola Dinas PU Palu tersebut.

Baca Juga :  Staf Ahli Pemkot Palu Pimpin Pendataan UMKM dan Sosialisasi Adipura

Menurutnya jalan rabat beton ini dibangun sepanjang 900 meter menuju puncak Dusun Wana. Jalan itu dibangun setelah Wali Kota Palu Hadianto Rasyid mengunjungi Dusun Wana beberapa waktu lalu

Utami bilang, pekerjaan jalan rabat beton itu melibatkan warga setempat kurang lebih 60 orang secara bergantian. Mereka memberi upah ke warga.

Kini jalanan itu baru saja kelar dikerjakan. Masih terlihat angka-angka berwarna merah di setiap 100 meternya.

Pembangunan jalan rabat beton di Dusun Wana kata Utami, punya sedikit biaya tambahan yang mereka sebut biaya lansir. Biaya lansir ini adalah selisih dari harga bahan normal di toko- toko yang mesti diperhitungkan. Misalnya harga semen Rp50 ribu, maka dalam pekerjaan ini harganya naik menjadi Rp70 ribu.

“Selisihnya itu untuk jasa angkut. Karena material diangkut ke atas menggunakan jasa motor milik warga,”sebutnya.

Pembangunan jalan rabat beton ini disambut gembira warga. Tak ada sedikitpun kendala dalam pekerjaaannya.
Utami mengaku memberi warga pemahaman akan pentingya jalan itu bagi aktivitas mereka.

Apalagi mayoritas warga Dusun Wana menggantungkan hidup di sektor pertanian. Mereka memanfaatkan lahan-lahan curam pegunungan untuk bercocok tanam dan membangun pondok kecil di celah-celah gunung. Jalanan itu menghubungkan pemukiman dan lahan-lahan pertanian.

Meski sebagian warga bahkan masih hidup nomaden, berpindah-pindah mencari lahan subur untuk bertani. Namun pada satu titik di ketinggian, puluhan kepala keluarga kini telah membangun pemukiman yang berdekatan.

Jalan rabat beton sepanjang 900 rintisan Dinas PU Palu akhirnya pungkas dilalui. Pemukiman warga pun terlihat dibangun dalam kemiringan lereng gunung. Dalam pemukiman juga ada sebuah tanah lapang untuk berolahraga

Jalan rabat beton yang dibangun Dinas PU ini membelah pemukiman. Rumah  warga semuanya berbahan kayu.

Sedikit di atas pemukiman barulah ada tanah datar cukup luas. Di situ tempat sebuah Sekolah Dasar (SD) bernama SD Wana Kecil barada. Sepadan namanya, sekolah ini hanya punya empat ruang kelas bagi sekitar 26 anak-anak dusun. 4 guru yang mengajar di sekolah ini berasal nun jauh dari dusun. Satu diantaranya bahkan tinggal di Kelurahan Pantoloan. Empat guru ini sebut Utami setiap harinya bolak –balik melalui jalan rabat tersebut.

Baca Juga :  DKP Palu Monitoring Arsip Daerah diseluruh OPD

Jalan rabat beton menjadi penyambung jalan paving blok yang terputus hingga ke pemukiman warga dan berujung tepat di gerbang halaman SD Wana Kecil.

Dinas PU Palu terbilang cepat dalam mengerjakan rabat beton itu. Kata Utami hanya lima pekan lamanya sejak awal Agustus 2023. Kini jalan rabat beton itu sudah bisa digunakan warga untuk segala keperluan. Tebalnya sekira 15 centi meter namun kokoh untuk dilalui motor. Di bawah lapisan jalan terlihat jejeran baru tertutup semen cor.

Jalan rabat beton ini terbukti kian menunjang aktivitas warga Dusun Wana. Baik untuk akses lahan pertanian maupun sebagai tempat pejalan kaki menuju SD Kecil Wana.

Utamanya bagi tenaga pendidik di sekolah itu. Jalan rabat beton ini kian membantu akses tenaga guru setiap hari datang dan pergi ke sekolah. Sebelum ada rabat beton, jalan menuju sekolah hanya berupa jalan setapak kecil dari ujung jalan berbahan paving blok.

Meski di atas lebih tinggi dari pemukiman, sekolah ini bukan tempat tertinggi di pegunungan Salena itu. Belakang gedung sekolah masih terdapat dinding tebing yang tinggi. Namun dari teras sekolah itu puncak gunung tertinggi sudah terlihat jelas. Di balik tebing ada air terjun yang bisa dicapai dengan berjalan kaki selama 3 jam.

Dari halaman SD Kecil Wana, Palu  sudah terlihat utuh dari semua sisi. Menjadi spot menarik untuk ber swafoto. Dari sini juga terlihat puncak tempat para atlit paralayang lepas landas.

Tak berapa lama di puncak Dusun Wana, dingin mulai terasa bersama datangnya semilir. Kabut tipis pun mulai menampakkan dirinya turun memeluk puncak-puncak gunung. Nanyian serangga dihari yang mulai beranjak senja terdengar seolah mengiringi perjalanan untuk kembali pulang melewati curam.

Tak kalah berbahaya, jalan turun begitu terasa lebih menantang. Pemotor harus lebih berhati-hati dan menambah fokusnya. Motor bermesin matic mengandalkan rem muka belakang untuk menyusuri penurunan agar tidak terperosok. Sedangkan motor manual harus tetap siaga pada putaran gigi satu sebagai pengontrol kecepatan mesin agar tidak meluncur kencang ke bawah. **

 

 

 

Pos terkait