PALU,CS –Sobirin duduk tak berkedip. Rambutnya tersapu angin menutup wajahnya. Dia memasang kuping untuk mendengar pembicara di depannya. Duduk di sebelahnya, Firman. Dua jurnalis ini mengambil bangku jejeran belakang pada sebuah balai tak berdinding di atas rumah berpetak.

Mereka tidak berdua di situ. Belasan Jurnalis lain juga duduk tidak beraturan, diterpa hembusan angin kencang. Angin yang menembus ruang tak berdinding itu membuat suara pembicara terdengar ringan mengambang. Bila keduanya tidak mendengar dengan baik, suara pembicara berlalu bersama hembusan angin.

Baik Sobirin maupun Firman dan belasan Jurnalis itu, semua mengarahkan padangan ke arah pembicara di depan. Menyimak dengan fokus setiap materi tentang tulisan bergaya feature. Karena semua tampak ingin menambah pengetahun tentang menulis. Mereka masih merasa diri kurang untuk itu. Padahal mereka telah cukup pandai mengarahkan pena untuk menulis. Jurnalis-jurnalis itu setiap hari menggoreskan tinta penanya dengan berbagai jenis berita. Serta dalam berbagai platform media massa, masa kini.

Setiap hari jurnalis yang duduk di bangku-bangku plastic merah itu bertemu. Merekam setiap peristiwa di seantero Palu lalu menulisnya dengan gaya masing-masing. Beberapa yang hadir bahkan telah belasan tahun menjadi kuli tinta. Gelombang digitalisasi juga membawa banyak pena-pena jurnalis berganti ketukan jari pada gawai. Lalu mengisi kolom-kolom berita pada media massa berbasis on-line.

Semuanya sadar, ujung pena perlu terus diasah. Tintanya harus diisi. Agar pena itu tidak sekadar menulis tata kalimat dengan baik dan benar. Tapi harus jadi lebih tajam dan beragam warnanya. Bukan pula sekedar goresan tinta dalam gaya laporan singkat. Tetapi sudah waktunya pena itu menggores lebih dalam dengan kalimat apik bergaya sastrawi.

Pemikiran demikian seragam dalam benak jurnalis di tempat itu. Mereka mengambil sedikit waktu untuk hadir dalam pelatihan Jurnalistik tentang pendalaman berita feature yang digelar Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Palu, Sabtu 13 Oktober 2023 di Cave Roa Palu

Peserta yang mendaftar dalam pelatihan ini sebanyak 23 orang. Namun hanya 18 di antaranya yang hadir. Pelatihan ini memang diselenggarakan AJI Palu, namun jurnalis yang menjadi  peserta datang dari berbagai naungan organisasi jurnalis.  Sobirin adalah anggota AJI  Palu. Sedangkan Firman bargabung pada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Bila pikiran jurnalis-jurnalis itu seragam untuk menambah pengetahuan, maka Yardin Hasan tak kalah semangat berbagi tinta penanya. Ketua AJI Palu ini mengeluarkan apa saja dalam benaknya yang selama ini dia pendam. Ia memang mumpuni untuk ini. Goresan penanya berhamburan di banyak lembaran media massa. Singkat, padat, tajam dengan tata bahasa sastrawi yang apik, menjadi khas tulisannya.  Karena tulisannya yang dikenal bernas itu, ia kerap dilibatkan menjadi juri dalam banyak perlombaan menulis.

Yardin benar-benar semangat tapi dahinya kerap mengerinyit. Dia baru saja mendapat cibiran tentang kualitas karya tulis sejumlah Jurnalis di Palu. Dari seorang juri yang bersamanya menilai karya jurnalistik dalam sebuah ajang. Cibiran yang membuat wajahnya tak tahu ia mau palingkan ke mana. Kata-kata cibiran itu bersemayam sekian lama dalam benaknya.

“Seorang juri dari Jakarta menyebut dirinya bingung bagaimana menilai tulisan teman-teman. Apanya yang mau dinilai,”ujar Yardin, membuang nafas.

Dia kembali menarik nafas dalam-dalam. Dan bilang, jika pelatihan yang digagas Divisi Pendidikan AJI Palu ini dilatari perbincangan yang berujung cibiran tentang karya jurnalistik itu. Dengan pengharapan besok-besok ia tak perlu lagi bingung ke mana memalingkan wajahnya. Bila harus kembali bertemu dalam satu situasi demikian.

Ketua AJI Palu Yardin Hasan mengulas struktur pembentuk berita feature. , Sabtu 13 Oktober 2023 di Cave Roa Palu (Foto: Channelsulawesi.id)

Dari layar kecil di depannya sudah terpampang barisan kalimat bersusun dalam format powerpoint. Materinya terpisah dalam lembaran-lembaran slide. Setiap slide menjelaskan tentang bagian-bagian dalam badan feature. Yardin membedah setiap bagian itu dengan lugas dan jelas.

Beberapa penggalan kalimat dalam satu paragraph ia munculkan sebagai contoh lead berita. Berikut penggalan-penggalan paragraph yang menjadi konteks berita untuk menjadi contoh sekaligus bahan koreksi.

Dia menjelaskan feature adalah berita kisah. Tulisan ini memadukan berita dan opini, dengan gaya bercerita. Tulisan features mengandung unsur human interest dan bahasa yang indah. Meski begitu tulisan features tetap berdasar fakta.

Struktur berita feature dibentuk dari judul, lead, konteks, badan berita dan penutup tulisan. Judul feature biasanya diambil dari banyak hal. Misalnya kutipan dari orang-orang terkenal. Plesetan atas istilah dari buku terkenal, hingga peribahasa atau perumpamaan

“Biasakan memberi judul berita dengan kalimat aktif. Karena judul adalah janji kepada pembaca,”kata Yardin memulai materinya.

Dari contoh contoh judul, lead atau teras berita itu,Yardin mengupasnya lagi ke dalam berbagai jenis-jenis lead. Ada lead ringkasan atau kesimpulan yang menggambarakan intisari ceritanya. Lalu lead deskriptif atau naratif. Sebuah lead yang menceritakan gambaran tentang suatu tokoh atau kejadian. Lead ini biasanya digunakan ketika hendak menulis profil seseorang.  Kemudian lead kutipan yang memusatkan diri pada inti cerita.  Ada pula lead pertanyaan yang narasinya menantang rasa ingin tahu pembaca.

Berikutnya lead pertanyaan. Lead ini urai Yardin menantang rasa ingin tahu pembaca. Jika digunakan dengan tepat. Serta lead nyentrik. Lead ini sebutnya ekstrem. Bisa berbentuk puisi, cuplikan lagu, sepotong kata-kata pendek. Yardin menambahkan lagi muatan lead kesimpulan. Lead ini menurutnya adalah gabungan dari beberapa jenis lead.

Selanjutnya ia menjelaskan tentang penataan kalimat dalam feature. Sebaiknya kata dia kalimat feature diperkaya dengan metafora untuk membuat tulisan terasa indah.  Cara memilih kata yang baik, menurut dia harus dari dari perasaan, imajinasi, ungkapkan yang dipahami lalu diuji dengan kata yang lain.

“Kekuatan berita feature ada pada lead. Seberapa mampu kita menggunggah rasa penasaran pembaca untuk lanjut membaca konten berita yang kita tulis,”ucapnya.

Bukan hanya soal lead dan isi konten, Yardin juga menyebut penting bagi seorang penulis mendeskripsikan tulisannya pada bagian penutup berita. Baiknya ditutup dengan dialog atau deskripsi, pertanyaan maupun dengan kesimpulan agar tulisannya utuh sedari awal hingga akhir.

Begitu seterusnya Yardin mengulas tentang apa dan bagaimana untuk memulai menulis berita bergaya feature. Nafasnya cepat diburu waktu. Pembicara lain sudah menunggu gilirannya. Sedang peserta tampak tak sabar mengisi ruang yang masih kosong dalam benak mereka dari pembicara lain.

Yardin menutup materinya dengan satu penegasan. Jurnalis tidak boleh hanya sekedar mengutip ucapan narasumber dalam beritanya. Terlebih jika narasumber itu adalah pejabat Negara. Seorang jurnalis bukan penyadur rilis, tapi dia menulis fakta secara tajam, dalam  penataan kalimat yang sederhana dan tertata rapih. Agar marwah jurnalis tetap terjaga.

Lain Yardin, lain pula Amran Amir, pembicara berikutnya. Materi yang diulas Amran Amir masih terpaut. Ia hanya melengkapi apa saja yang sudah diulas sebelumnya oleh Yardin. Kata-kata pembuka itu direspon dengan senyuman tipis dari Yardin.

Amran Amir adalah mantan Ketua AJI Palu periode 2006 – 2009. Ia pernah menjadi redaktur di Media Alkhairaat dan mengisi kolom tajuk di harian Palu Ekpres. Amran tak kalah mumpuni menjelaskan banyak hal mengenai teknik menulis feature dalam pelatihan itu. Ia memulainya dengan perbedaan laporan (hard news) , laporan mendalam (news in-depth) dan feature. Kata Amran, laporan mendalam butuh cantolan peristiwa. Sedangkan feature tidak  mesti terikat pada peristiwa.

Tulisan bergaya feature sebutnya adalah tulisan yang tidak basi meski dibaca berulang-ulang karena feature disajikan secara dalam dan tata kalimat yang rapih. Dia berpesan, penulis harus tetap fokus pada tema yang akan ditulisnya.

“Jangan terlalu asyik mendeskripsikan sesuatu lalu melebar ke mana-mana,”pesannya.

Amran merinci, dalam menulis berita feature seorang jurnalis harus punya banyak belanjaan. Belanjaan yang ia maksud adalah data dan informasi. Sumbernya dari berbagai hal. Termasuk kemampuan mengambil data dan informasi dari tangkapan panca indera.

“Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mengendus, lidah untuk mengecap rasa dan kulit untuk meraba,”jelasnya.

Jurnalis menurutnya hanya perlu memulai menulis dan dilakukan berulang-ulang. Tapi bukan mengulang- ulang kalimat dalam paragraph tulisan.  Satu trick yang ia bagi adalah perbanyak membaca pada media yang konsen menyajikan berita-berita feature. Jurnalis tidak perlu canggung dan malu bagaimana nanti karyanya mendapat respon orang-orang. Bahkan seorang penulis besar sebutnya juga melalui fase demikian.

Meski sebentar saja Amran mengisi materi dalam pelatihan itu, peserta rasanya cukup banyak mengambil sarinya. Beberapa baris lead feature yang dibuat peserta, juga sempat ia beri pembobotan.

Ketua MPO AJI Palu, Muhammad Subarkah membuka pelatihan pendalaman berita feature yang diselenggarakan AJI Palu, Sabtu 13 Oktober 2023 (Foto: Channelsulawesi.id)

Jauh sebelum pelatihan bergulir, Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) AJI Palu, Mochammad Subarkah juga mengungkapkan kekawatirannya akan kualitas tulisan teman-teman jurnalisnya.

Subarkah yang didapuk membuka pelatihan itu mengingatkan para jurnalis agar tidak cepat berpuas diri tentang pemahaman juralistiknya. Karena menurut dia ilmu dan teknologi jurnalistik terus berkembang. Wartawan dituntut harus terus mengembangkan kompetensinya.

Apalagi sambung Subarkah, medium untuk belajar kini sudah banyak tersedia. Ilmu bisa didapat melalui pelatihan-pelatihan  ini maupun ilmu yang diperoleh pada diskusi-diskusi online.

Subarkah sama berharapnya. Pendalaman menulis feature yang digelar AJI Palu bisa menambah pengetahuan pesertanya. Agar kapasitas jurnalis di Palu juga bisa berkembang dengan baik.(TIM)