PALU,CS – Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Palu memadati halaman kampus Universitas Abdul Aziz Lamadjido/STIE Palu, Jumat 1 Desember 2023.
Mahasiswa sebagian terlihat mengenakan topeng anonymous. Berbaris mengikuti orasi dan penampilan -penampilan dari sebuah panggung di depan mereka.
Bukan hanya mahasiswa, terlihat juga sejumlah kelompok masyarakat dan kelompok perempuan. Mahasiswa dan kelompok masyarakat ini mengikuti kegiatan yang mereka namai mimbar Demokrasi.
Beberapa lembar spanduk terpampang pada dinding- dinding kampus berlantai dua itu. Namun sebuah spanduk bertuliskan seruan tolak politik dinasti yang cukup menyita perhatian. Seruan dalam bentangan spanduk itu memang menjadi fokus mimbar mahasiswa ini.
Ketua Yayasan STIE, Rendi Lamadjido yang hadir dalam kesempatan itu bahkan berorasi menyemangati mahasiswa. Rendi menegaskan jika mahasiswa saat ini lebih berani bersuara dari pada mahasiswa di jamannya kuliah.
Rendi secara lantang menyeru agar mahasiswa harus tetap kokoh menjaga dan mengawal jalannya demokrasi yang didapatkan dengan harga mahal tersebut. Dalam orasinya, Rendi pun menegaskan menolak praktek politik dinasti di tanah air.
Mimbar Demokrasi ini diisi beragam penampilan seni dan orasi yang disampaikan secara bergantian dari mahasiswa dan aktivis.
Arianto Sangadji dalam orasinya mendorong mahasiswa untuk merebut kekuasaan politik dengan cara sportif. Bukan dengan cara-cara nepotisme.
Arianto Sangadji menyinggung sebuah peristiwa hukum yang mencederai keadilan. Yaitu saat Mahkamah Konstitusi (MK) menjustifikasi seorang anak penguasa untuk diloloskan sebagai calon wakil Presiden.
“Mahkamah konstitusi justifikasi anak muda yang muncul dari kekuasaan dengan cara yang tidak benar,”sebutnya.
Menurutnya, spirit mahasiswa 98 telah berhasil menghajar praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dari kekuasaan 25 tahun lalu. Namun situasi itu muncul kembali saat ini.
“Demokrasi kita saat ini tengah dibawah ancaman,”sebutnya.
Arianto menilai mimbar Demokrasi ini sangat positif dilaksanakan, karena bukan hanya mahasiswa yang ikut di dalamnya melainkan juga rakyat. Yang ikut bersama untuk berjuang membela demokrasi yang memang harus dipertahankan.
Selanjutnya orasi mahasiswa bernama Idham. Dari atas panggung, Idham mengatakan
hari ini mahasiswa yang terpanggil dan hadir dalam mimbar demokrasi ini adalah aset berharga negara.
Idham yang ketua ketua panitia mimbar demokrasi menyebut, peserta mimbar demokrasi sebelumnya telah di estimasi sebanyak 5 ribu mahasiswa.
“Target kita lima ribu. Namun ada pecundang yang tidak hadir,”tegasnya.
Padahal kata Idham, panggung demokrasi ini adalah bentuk respon mahasiswa untuk menolak politik dinasti dan intimidasi yang terjadi di Indonesia.
“Ketua BEM UI telah diintimidasi akibat protes keputusan MK, maka ini respon kita bahwa gerakan mahasiswa itu masih hidup,”tegasnya.
Selanjutnya Dedi Irawan juga mengungkap proses sengeketa internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) beberapa tahun lalu. Dalam sengeketa itu Presiden melalui Menkumham mengintervensi putusan pengadilan untuk memenangkan salahsatu kubu yang bersengketa.
“Aneh presiden melalui Menkumham bisa melawan putusan pengadilan. Jika begini, maka kemana lagi mencari keadilan. Indonesia tidak baik baik saja. Ke Partai saja tidak adil, apalagi rakyat,”kata Dedi Irawan.
Dedi pun menyinggung putusan MK yang mengabulkan permohonan anak presiden untuk diloloskan sebagai calon wkail presiden
“Apa bahayanya MK memutuskan anak presiden bisa dicalonkan? Dampaknya kalian-kalian ini, mahasiswa tidak dianggap di negeri ini. Tidak ada gunanya kalian kuliah,”tegasnya (TIM).