PALU,CS – Polres Sigi menghentikan penyelidikan penyebab kematian Cici Handayani Nore alias Cici (16) yang sebelumnya ditemukan tewas gantung diri pada 10 November 2023 silam di BTN Bumi Indah Tinggede 3 Blok E Desa Tinggede Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.
Terhadap kematian Cici, pihak keluarga sebelumnya meragukan jika Cici murni gantung diri meskipun ditemukan secarik kertas wasiat dari korban. Apalagi, malam sebelum Cici ditemukan tewas, dia didatangi sejumlah pria menggunakan mobil dan motor secara bergantian. Kedatangan orang-orang ini disaksikan petugas keamanan (Security) di kompleks BTN tersebut.
Meski sempat melakukan penyelidikan, namun setelah 63 hari berlalu pihak keluarga akhirnya menerima Surat Pemberitahuan Hasil Penyelidikan (SP2HP) dari Pihak Kepolisian Resort Sigi tanggal 22 Januari 2024. Pada Poin 3 SP2HP ini disebutkan bahwa ‘berdasarkan hasil gelar perkara diperoleh kesimpulan bahwa unsur pidana pembunuhan tidak terpenuhi dan penyidik akan menghentikan penyelidikan demi hukum.
Kesimpulan polisi menyatakan bahwa didapatkan dari 2 alat bukti yakni, pertama hasil keterangan saksi-saksi tidak diperoleh keterangan terkait adanya keterlibatan orang lain dalam kematian Cici. Kedua hasil Visum et Repertum Nomor : VER/03/XI/2023/RS.Bhay tanggal 10 November 2023. Ketiga, berita acara pemeriksaan Laboratories Kriminalistik Laboratorium Forensik Polda Sulsel Cabang Makassar Nomor Lab : 5140/DTF/XII/2023 tanggal 27 Desember 2023 terhadap pemeriksaan satu lembar kertas dengan tulisan tangan yang di temukan di TKP adalah identik atau merupakan tulisan tangan yang sama dengan tulisan tangan Cicilia Handayani Nore.
Terhadap kesimpulan Polres Sigi untuk menghentikan penyidikan itu, juru bicara keluarga Cici, Mohammad Nurul Haq S Sos berencana menempuh jalur hukum lain. Pihaknya berencana meneruskan laporan ke Polda Sulteng. Pasalnya, masih ada saksi yang dianggap perlu dimintai keterangan namun tidak dijadikan saski oleh penyidik.
Mamat, sapaan akrabnya kemudian membeberkan sejumlah fakta. Pertama adanya kesepakatan pihak keluarga dengan pihak Kasat Reskrim Polres Sigi yang menyebut akan memeriksa saksi-saksi lain utamnya petugas keamanan komplek BTN Bumi Tinggeda Indah 3 atas nama Aweng. Namun pihak kepolisian tidak mengambil keterangan dari yang bersangkutan. Padahal petugas keamanan ini yang melihat langsung kedatangan sejumlah orang ke rumah korban, sebelum korban ditemukan tewas gantung diri.
Saat itu pula, pihaknya kata Mamat juga mengajukan saksi tambahan yakni tetangga rumah Cici yang mengaku mendengar tangisan Cici dari sebelah rumah. Saksi tidak juga dilakukan pemeriksaan. Lalu adanya saksi-saksi yang sempat mengejar dan memberhetikan mobil para terduga pelaku diawal kejadian.
Saat itu terduga pelaku mengatakan kepada saksi yang mengejar dengan kata-kata “saya hanya sopir rental, bukan saya”. Saksi yang mengaku mendengar kata-kata itu itu juga tidak di periksa pihak penyidik.
“Jadi jika mengatakan bahwa keterangan saksi-saksi tidak mengarah, iya karna pihak penyidik tidak melakukan pendalaman dan pengembangan pemerikansaan saksi-saksi lain yang sekiranya ada kaitannya. Maka saya menganggap Penyidik malas, tidak kreatif, bahkan cendrung tidak serius menangani kasus ini. Padahal jelas terduganya ada di TKP sejak Pukul 03.00 pagi sampai dengan ditemukannya mayat tersebut tergantung. Logikanya, ada beberapa orang nih laki-laki masuk di rumah perempuan yang cuma sedirian dalam rumah, kemudian beberapa jam kemudian perempuan itu ditemukan tewas tergantung, dan merekalah yang terakhir masuk dalam rumah tersebut dan masih ditemukan ada disekitaran rumah, lalu kemudian kita berfikiran lain ? coba masuk akal gak ?,”Tanya Mamat.
Selanjutnya soal hasil visum et repertum. Bahwa keterangan yang diberikan pihak Dokter yang melakukan otopsi sangat mengganjal. Sebab pihaknya juga diundang hadir di Rumah Sakit Bayangkara untuk mendengarkan penjelasan Dokter yang melakukan otopsi. Kala itu dokter menyimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan ditubuh korban yang menyebabkan kematian dan penyebab kematian korban adalah penyumbatan jalan nafas.
“Inikan aneh, apa harus dengan kekerasan orang bisa meninggal ?. Kemudian luka di leher korban itu apa bukan kekerasan?. Jika dikatakan itu penyumbatan jalan nafas, mestinya jelsakan apa penyebab penyumbatan itu. Apakah benda tajam atau benda tumpul. Atau kelereng-kah, itu harus jelas,”beber Mamat.
Kemudian, saat pertemuan pihak keluarga dengan Kepolisian Resort Sigi yang dihadiri Kasat Reskrim,Mamat mengaku pernah mempertanyakan tentang kepastian jam korban meninggal dunia berdasarkan hasil visum tersebut.
“Tapi ini juga tidak di awab sama sekali oleh mereka. Itu saja sudah aneh. Mestinya hasil visumkan semua bisa diketahui, jam berapa orang meninggal sejak ditemukan,”ucapnya.
Demikian pula soal tulisan tangan almarhum Cici. Terhadap hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, Mamat memgaku menghargainya karena disebutkan telah identik dengan tulisan tangan korban. Namun itu hanya salah satu bukti saja. Yang sebenarnya jika mau dikembangkan dari unsur pemaksaannya.
“Kami menduga bisa saja almarhum dipaksa atau ditekan untuk menulis itu lebih awal. Makanya hasilnya, ya kalau bisa disampaikan kepublik, apakan tarikan tulisan itu ada unsur tekanan atau tidak. Itukan bisa diketahui,”paparnya.
Fakta lain lanjut Mamat bahwa, saat sejumlah pria yang datang ke rumah korban itu tidak datang dalam waktu bersamaan. Maka kemungkinan, mereka saling kontak melalui HP sebelum datang ke rumah korban.
“Pasti ada percakapan baik telefon atau pesan. Anehnya, saat HP terduga diperiksa semua percakapan dengan korban terhapus. Bahkan HP almarhum sempat tidak bisa dibuka. Pertanyaan saya, kenapa seluruh HP para terduga itu tidak diperiksa. Padahal teknologi kepolisian sudah bisa melakukan itu. Kenapa ?. Dan itu kesepakan kami saat pertemuan dengan penyidik bahwa penyidik akan meminta kerjasama dengan IT Polda untuk membantu hal itu,”bebernya lagi.
Karena itu pihak keluarga berpendapat penyidik tidak kreatif dan cendrung tidak serius dalam mengungkap kasus ini. Lebih berkesan hanya untuk menggugurkan tugas sebagai polisi aja, makanya tidak mampu mengungkap kasus ini.
“Ya kami akan menempuh jalur Hukum lain demi rasa keadilan. Kami sedang menyiapkan semua kronologis kejadian ini dan kemungkian kami akan melaporkan kasus ini ke tingkatan yang lebih di atas,”demikian Mamat
Sebelumnya diberitakan, Mamat mengaku belum yakin jika Cici sengaja gantung diri untuk mengakhiri hidupnya, pada Jumat 10 November 2023. Ia berharap kepolisian bekerja professional dan transparan dalam mengusut penyebab kematian sebenarnya.
Diketahui Cici ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri dengan tali nillon sekitar pukul 05.00 WITA dalam satu kamar di BTN Bumi Indah Tinggede 3 Blok E, Desa Tinggede Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.
Mamat menyebut, berdasarkan kronologis yang mereka terima, polisi harusnya mengusut tuntas dugaan keterlibatan mantan pacar almarhuma yang datang bersama temannya sebelum Cici ditemukan tewas menggantung.
Dia berpendapat bahwa penyebab kematian Cici kemungkinan ada kaitannya dengan kedatangan beberapa orang temannya itu. Dia membeberkan jika pengendara mobil yang datang ke rumah Cici itu adalah mantan pacar Cici.
Mamat, mengungkapkan, sejauh ini, korban tidak pernah punya masalah atau dalam keadaan tertekan. Karena itu ia meragukan jika secarik kertas yang bertuliskan curahan hati Cici tersebut bukanlah tulisan tangan Cici.
“Kami ragukan itu, meskipun kami dapat informasi jika jawaban pihak polisi menyebut itu adalah tulisan tangan almarhumah,”kata Mamat, Minggu malam 12 November 2023.
Meski begitu, Mamat mengaku sangat menghargai proses penyelidikan yang sedang dilakukan pihak kepolisian di Mapolsek Marawola Kabupaten Sigi. Dia hanya berharap kasus ini perlu diusut tuntas agar memberikan rasa keadilan pada keluarga korban.
“Kita hargai azas praduga tak bersalah. Kami menunggu hasil autopsy sekaligus menunggu informasi resmi pihak kepolisian,”ujarnya.
Hanya saja kata Mamat, sesuai informasi yang beredar pula, mantan pacar Cici yang kini telah ditahan di Polsek Marawola itu disebut-sebut punya dua orang saudara yang bekerja sebagai anggota kepolisian aktif. Sebab itu ia berharap pengusutan kasus ini harus transfaran.
“Kami dapat informasi anak ini punya dua kakak polisi. Tapi ini masih terus kami upayakan mengkonfimrasi. Kita hanya menghindari jangan sampai ada relasi keuasaan yang menyebabkan kasus ini bisa saja direkayasa,”harapnya.
KRONOLOGIS
Dalam kronologis diceritakan, sebelum dan setelah jenazah Cici ditemukan. Bahwa berdasarkan keterangan seorang security BTN Bumi Indah Tinggede 3 An. Ruding alias Aweng, sekitar pukul 03.00WITA sebelumnya melihat ada mobil yang lewat di kompleks BTN. Merasa curiga, Aweng mengikuti mobil tersebut sampai ke Blok E dan menemukan mobil tersebut masuk kedalam got/saluran
Setelah itu Aweng menghampiri dan bertanya kepada supir mobil tersebut kemana tujuannya. Dan dijawab oleh supir mobil ingin ke rumah temannya sambil menunjuk rumah dimaksud. Setelah itu Aweng meninggalkan pengendara tersebut dan kembali ke- pos jaga.
Namun karena masih merasa curiga, Aweng kembali ke Blok E tersebut untuk mencari tau siapa pemilik mobil tersebut. Setelah sampai di blok E tepatnya di depan rumah milik Cici. Aweng lantas mencari pemilik mobil tetapi pemilik mobil sudah masuk kedalam rumah Cici. Karena merasa curiga Aweng sengaja mematikan pembatas listrik dengan tujuan agar orang yang berada di dalam rumah keluar.
Tak lama datang lagi 2 orang berboncengan mengunakan 1 unit motor Mio Sport warna hitam dan memarkir motornya tepat di sebelah mobil yang dicurigai. Setelah itu Aweng menghampiri dan bertatapan langsung dengan kedua pengedara motor tersebut. Lalu terjadi perbincangan.
Aweng : “Cari Siapa?” Pengendara Motor : “Cari teman yang punya mobil ini”. Aweng:“Telpon saja yang punya mobil. Pengendara motor : “Iya pak,”.
Kemudian pengendara motor tersebut menelpon pemilik mobil dan Aweng yang berada di samping pengendara motor tersebut mendengar kedua orang tersebut menelpon temannya.
Pengedara Motor “Di, Di mana kau” Kemudian pemilik mobil “Jangan baribut karna sudah mau keluar kita ini”.
Setelah selesai menelfon pemilik mobil yang berada di dalam rumah Cici keluar satu-persatu. Kemudian Aweng kembali menyalakan pembatas listrik dan masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Cici di ruang tamu bawah. Kemudian Aweng memeriksa ke dalam kamar untuk mengecek dan melihat ada 2 buah Hp di atas tempat tidur.
Kemudian Cici langsung masuk ke kamar mengambil 2 buah Hp tersebut dan keluar dari dalam rumah. Ia menunggu cowoknya dan 3 orang temannya berusaha mengangkat mobil yang masuk kedalam got tetapi tidak bisa diangkat. Kemudian Aweng menyampaikan kepada Cici untuk masuk saja dan temannya yang sedang mengangkat mobil juga berteriak Cici masuk saja,. Setelah itu Aweng langsung meninggalkan Cici dan teman-temannya untuk kembali ke pos jaga
Sekitar pukul 06.30 WITA, Aweng kembali ke kompleks BTN Bumi Indah Tinggede 3 Blok E ke rumah Cici. Setelah sampai Aweng mendengar keluarga Cici menangis dan Aweng bertanya kenapa menangis kemudian keluarga Cici menjawab jika Cici sudah meninggal.
Aweng lantas bertanya kepada orang tua Cici mengenai keberadaan cowoknya disitu. Kemudian ayah Cici dan Aweng melihat mobil tersebut telah pergi. Tapi kemudian Aweng dan beberapa orang keluarga Cici mengejar mobil tersebut dan berhasil menghentikan mobil tersebut di Jalan Poros Desa Tinggede sekitar 2 kilo meter dari rumah.
Pengendara mobil tersebut diamankan oleh Aweng dan keluarga Cici lalu dibawa ke Mako Polsek Marawola untuk diamankan.Selanjutnya keterangan Manto da Rendi, keluarga Cici yang pertama kali menemukan Cici bunuh diri dengan cara gantung diri di dalam kamar.
Sekitar pukul 05.30 WITA. Nenek Cici bernama Oma Nore menyuruh Manto dan Rida untuk membawa titipan ayah Cici yakni 1 karung beras 10 kg. Manto membawa beras tersebut kedepan ruma. Cici sambil berteriak memanggil nama Cici tetapi tidak ada suara. Setelah itu Manto dan Rida kembali ke rumah Oma Nore untuk menyampaikan bahwa Cici tidak menjawab dan membuka pintu rumah.
Setelah itu Oma Nore, Manto dan Rida kembali ke rumah Cici dan memanggil-manggilnya. Teapi Cici tidak menjawab sehingga Oma Nore membuka pintu rumah dan ternyata pintu rumah tidak di kunci. Setelah itu Oma Nore, Manto dan Rida langsung masuk ke dalam rumah dan mencari Cici di kamar dan dapur tetapi tidak menemukan Cici di lantai bawah.
Kemudian Oma Nore menyuruh Manto untuk naik lantai 2 mengecek apakah Cici ada atau tidak. Setelah naik ke lantai 2, Manto terkejut melihat Cici dalam keadaan tergantung di dalam kamar. Setelah itu Manto langsung bergegas turun ke lantai 1 menyampaikan kepada Oma Nore.
Kemudian sepupu Cici, yakni Rendi langsung naik ke lantai 2 dan melihat Cici telah gantung diri. Kemudian Rendi berusaha mengangkat Cici tetapi tidak bisa. Dia kemudian memanggil keluarga untuk mencari pisau dan keluarga menemukan pisau di dekat pintu kamar. Rendi kemudian memotong tali yang digunakan Cici gantung diri dibantu oleh Rida dan Manto. Rendi kemudian memotong tali dan Rida serta Manto memegang badan Cici.
Setelah diturunkan, pihak keluarga langsung membaringkan jenazah Cici di atas tempat tidur di lantai 2 kemudian berusaha memerikaa denyut nadi tetapi Cici sudah meninggal dunia. Setelah itu pihak keluarga menghubungi dan menyampaikan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian
Sekitar pukul 07.30 wita. Babinkamtibmas Desa Tinggede yang mendengar informasi tersebut langsung menuju TKP dan menyampikan kejadian tersebut kepada Piket Polsek Marawola kemudian sekitar pukul 08.00 WITA. Piket Polsek Marawola langsung menuju TKP
Sekitar pukul 08.10 WITA. Piket Polsek Marawola mengamankam TKP dan melakukan olah TKP bersama dengan anggota Identifikasi Polres Sigi. Sekitar pukul 10.10 WITA, jenazah Cici dibawa ke RS Bhayangkara Palu menggunakan mobil ambulace Desa Tinggede.
Dalam kronologis disebutkan, sebelum gantung diri dan ditemukan meninggal dunia keluarga korban menemukan sebuah surat yang ditulis menggunakan polpen adapun isi surat tersebut sebagai berikut.
“Dari Cici” Mama Papa cici minta maaf atas kesalahan yang buat Mama Papa Mara. Maaf Saat ini Cici akhiri Semua kehidupanya Cici. Maafkan Mama Papa Supaya Cici bisa tenang Cici Doakan Mama Dan Papa Di alam Lainnya.
“Cici Buruk Sekali Suda Di Hadapan Keluarga Maafkan Kalau Cici Tidak Bisa Membahagiakan Mama Dan Papa Karna Kesalahan Ini Cici Takut. Makasih Mama papa Atas 16 Tahunnya sudah Besarkan Cici.”
Untuk diketahui pula, rumah Cici berhadapan langsung dengan rumah neneknya Oma Nore. Selain itu setiap hari Cici tinggal sendiri di rumanya karena kedua orang tuanya bertugas sebagai Opsir di Gereja BK Moros Lone Basa Kecamatan Pipikoro Kabupaten Sigi.(**/TIM)