Tenny : Intervensi Stunting Bukan Persoalan Pakai Kalung

SULTENG,CS – Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng Tenny C Soriton meminta seluruh data yang telah diverifikasi dipetakan kembali berdasarkan indikator-indikator faktor penyebab keluarga berisiko stunting dan segera diberikan kepada mitra.

Demikian Tenny dalam pertemuan bersama PT. Bosowa Palu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Kab. Sigi, Puskesmas Marawola, Perangkat Desa Binangga, Desa Beka, Desa Padende, Desa Sibedi, Satgas Percepatan Penurunan Stunting (PPS) Sulteng, serta Penyuluh Keluarga Berencana kecamatan Marawola, Senin 19 Februari 2024.

“Datanya dipetakan, rumah layak huni, tidak punya WC, begitu juga keluarga ibu KEK, anak kurang gizi, dan faktor-faktor berisiko stunting” ujarnya.

Dia meminta pihak terkait tidak salah kaprah terkait data karena data yang tersedia bukan data keluarga miskin, namun data keluarga berisiko stunting. Sebab yang menjadi sasaran bukan semata-mata keluarga miskin, tetapi keluarga mampu pun bisa medapat intervensi karena mereka juga berpotensi menciptakan generasi stunting akibat pemberian pola asuh yang kurang baik.

Baca Juga :  Muhaimin Wakili DPRD Sulteng di Pelantikan DPC/DPRt PAN se Kabupaten Donggala

“Ekonomi mampu ada motor, pakai kalung, akan baik-baik saja. Ini bukan persoalan pakai kalung. Semua berpotensi stunting, sekalipun keluarga itu mampu ”tuturnya

Agenda pertemuan di ruang Pola Perwakilan BKKBN Sulteng membahas perumusan permasalahan, rekomendasi intervensi program Terpadu PPS, dan Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Perangkat Daerah (Tangguh Bersinar), setelah sebelumnya melakukan identifikasi permasalahan sekaligus verifikasi data dengan blusukan ke 4 desa binaan.

Pada kesempatan itu Perwakilan BKKBN Sulteng merekomendasikan paket intervensi berupa bantuan pangan yang dapat mencukupi gizi, diantaranya Beras fortivikasi, telur 20 butir, susu UHT, dan Biskuit tinggi kalsium. Jika dirupiahkan per paket seharga 162.600 rupiah untuk satu sasaran setiap bulannya.

Baca Juga :  Pantauan dari Sulteng Sore ini, Hilal Belum Terlihat

Koordinator Program Manager Satgas PPS, Dr. Try Nur Ekawati, menyatakan, pemberian beras fortivikasi menjadi salah satu alternatif yang aman untuk mencukupi gizi keluarga.

“Sudah teruji beras fortivikasi ini aman untuk di konsumsi keluarga, ketimbang kami memberikan suplemen vitamin yang belum tentu cocok apalagi ibu yang sedang hamil sangat sensitif” tuturnya.

Selain bahan pangan, rekomendasi intervensi lainnya adalah Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) dalam bentuk sosialisasi demo masak cara pengolahan Makanan Pendamping ASI berdasarkan usia anak dengan menggunakan bahan-bahan harga terjangkau.

Baca Juga :  Di Untad, Fadel Muhammad Ungkap ini

Kepala Cabang PT. Bosowa Palu Andi Fitra Meldy mengatakan dirinya akan mendiskusikan kembali bersama jajaran terkait bentuk intervensi yang akan dilakukan, tentunya dengan mempertimbangkan rekomendasi yang sudah dipaparkan. Ia memastikan Bosowa siap ikut terlibat sebagai orang tua asuh mensukseskan progam pemerintah menurunkan stunting di Sulawesi Tengah dengan menggunakan dana Corporate Social Responsibility.

Hadir pada kegiatan ini Camat Marawola, Kepala Puskesmas Marawola, Kepala Desa Padende, Sekretaris Desa Sibedi, Sekretaris Desa Beka, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sigi, jajaran P2KB Sigi, Sekretaris, dan jajaran ketua tim kerja Perwakilan BKKBN Sulteng (**).

Pos terkait