Ketua Perkumpulan Wija Raja (PERWIRA) Lapatau Matanna Tikka, Muhammad  Sapri Andi Pamulu Ph D menyebutkan sosok yang dikenal dengan nama Wartabone, sudah ada di Sulawesi Tengah sekitar 150 tahun lalu.

“Beliau mendapat legitimasi dari Raja Bone,” kata Sapri Pamulu, Rabu 15 Mei 2024.

Menurut Sapri Pamulu, hal itu diyakini berdasarkan Surat Legitimasi Raja Bone ke-23, La Tenri Tappu To Appaliweng yang memerintah pada tahun 1775-1812, tersirat kedatangan La Bunue atau Raja Suwawa dari Gorontalo ke Sulawesi Tengah.

Ketika itu Raja Suwawa berlayar menuju tanah leluhurnya di Bone (Sulawesi Selatan). Hal tersebut tercatat dalam lontaraq/sureq bilang puatta pada tahun 1871 yang tersimpan di perpustakaan Inggris dengan kode ADD-12354/12356.

Setelah bermukim sekian lama, Raja Suwawa atau La Bunue lalu kembali ke Sulawesi Tengah dengan bekal surat legitimasi dari Raja Bone, dan akhirnya menetap di Ampana, Tojo, dan menjadi Raja Suwawa. Di sanalah kemudian La Bunue populer dengan nama gelaran yaitu Wartabone yang artinya “tuan kita dari Bone”.

Surat Raja Bone tersebut yang terdiri dari 10 baris yang ditulis pada hari Jum’at 6 Zulqaidah tahun 1220 Hijriah atau setara 1806 Masehi, dengan salinan alih-aksara ke latin yang terjemahannya adalah sebagai berikut :

“Uwéréngngi ca’ La Bunué mukka’ uturunana nréwe’ ri wanuanna/ Napogau’i Ade’Abiasanna/ ri tanaé ri Boné/ Narékkuwa engka gau’ nasaléwe’/ nangkanaé Ca’ku-Appatenning/ aja’ nari bawampawang rialempurenna/ nigi nigi bawampawangi tanaé tu ri Boné nagau’ bawang/ Narékkuwa maggéngké mupi / Nréwe’ ri wanuwanna La Bunué/ Saba’ élona Surona Boné paréwe’i/ Iyanatu mapping monroéri Tojo/ Enrengngé ri Yampana / Kuwaé topa ri Bokang/ Uélorang/ silaongngi/ Enrengngé/ messeriwi/ Namukka?passurona Boné/Silaong Arumpone/Nariuki sure’ éwé ri essona JUMAT é/ ri seppulona enneng ompona/ uleng Zulkaiddah/ ri 1220 hijerana SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM na taung Ha/ Naiya Mukiéngngi sure’éwé/ Passisié Arung Pasémpe’/ La Pakkanynyarang/ Namukka’ passurona”

Adapun artinya : Saya memberi surat bercap pada La Bunué manakala saya merestuinya pulang ke negerinya untuk menjalankan adat kebiasaannya di Tanah Bone/ Apabila ada perkara yang dihadapinya, maka Capku inilah yang dipegang agar dia tidak disanggah atas kejujurannya/ Barang siapa yang berbuat semena-mena terhadapnya, maka sama saja Ia menentang Bone/ Dia diberikan kekuasaan atas kembalinya ke negerinya dengan mandat sebagai Suro (utusan) Bone / Dialah yang kekal akan berkuasa raja di Tojo, di Yampana, dan Bokang/ Aku harapkan surat ini mengesahkan bahwa dirinya adalah utusan (Suro) Bone dan mewakili Raja Bone/ Surat ini ditulis pada hari JUMAT tangal 6 Dzulqaidah, tahun 1220 Hijriah Sallahu Alaihi Wasallam tahun Ha/ Adapun yang menulis surat ini adalah Arung Pasempe’ La Pakkanynyarang di atas Daulatku. (Disadur dari Sapripamulu.com)

Sementara menurut penjelasan peneliti sejarah dari Universitas Tadulako, Haliadi (2016) dan Hadrawi (2020), Wartabone adalah sosok terpenting yang merepresentasikan politik dan genealogi antara kerajaan Bugis dengan kerajaan-kerajaan di Gorontalo, terutama Bone Suwawa dan kerajaan di kawasan tengah pulau Sulawesi lainnya.

La Iboerahima Wartabone adalah putra Mahkota Raja Wartabone di Suwawa yang di panggil Talibu / TE IBU di Lembah Kaili di panggil dengan sebutan MADIKA BONE yang dikenal luas sebagai seorang tokoh ulama agama Islam di Lembah Kaili Palu (Sulawesi Tengah) dan menjadi awal mula adanya nama marga Wartabone sampai generasi sekarang yaitu Muhammad J Wartabone, yang merupakan senator mewakili masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia untuk masa bakti 2019-2024. **