Jejak Demokrasi di Ujung Langit

Anggota Polsek Pagimana memikul logistik Pilkada ke daerah pedalaman. (Foto: Istimewa)

Angin pagi menyapa lembah-lembah hijau Sulawesi Tengah dengan sejuknya.

Di balik heningnya alam Desa Dolom, Kecamatan Lobu, suara gemuruh sungai dan riuh pepohonan menjadi musik alami yang menemani perjalanan dua sosok tangguh.

Bacaan Lainnya

Brigpol Iyan Apriana dan Brigpol I Gede Aryaddi Oka, dua personel Polres Banggai, melangkah tanpa ragu di tengah rintangan yang membentang.

Di pundak mereka tergenggam amanah besar: membawa logistik Pilkada serentak 2024 ke pelosok desa terpencil. Jalan yang mereka lalui bukanlah aspal mulus kota, melainkan jalur berbatu yang licin, menanjak, dan penuh tantangan. Bahkan, sungai-sungai berarus deras pun mereka terobos dengan tekad yang tak tergoyahkan.

“Biasanya, perjalanan ke Desa Dolom hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama berjam-jam. Medannya berat, tapi mereka tetap melangkah demi satu tujuan mulia,” ujar Kapolsek Pagimana, AKP Laata.

Matahari yang perlahan naik menjadi saksi perjuangan mereka. Setiap langkah terasa seperti doa yang dipanjatkan untuk memastikan suara-suara dari desa terpencil ini didengar di pesta demokrasi nanti. Bersama mereka, petugas Panwas, KPSS, PPS, sekretariat, dan Linmas turut mengemban tugas yang sama. Bekal mereka sederhana, makanan dan air seadanya. Namun, hati mereka penuh semangat dan harapan.

Di tengah perjalanan yang melelahkan, mereka tak hanya membawa kotak dan surat suara.

Mereka membawa harapan. Harapan bahwa di tanggal 27 November 2024 nanti, setiap warga di Desa Dolom dapat merasakan hak pilih yang sama, seperti mereka yang tinggal di pusat kota.

Dalam hening perjalanan itu, sesekali mereka berhenti, mengambil napas panjang, dan menatap pemandangan luas yang seakan tak berujung. Perjuangan ini, meskipun berat, terasa begitu bermakna.

Kotak suara yang mereka kawal bukan sekadar benda mati. Ia adalah simbol kebebasan, keadilan, dan harapan bagi mereka yang tinggal di ujung negeri.

“Kami hanya berharap mereka semua selamat, dan apa yang mereka lakukan diberkahi,” doa sang Kapolsek, yang turut merasakan beratnya tanggung jawab ini.

Perjalanan ini bukan sekadar tugas rutin. Ia adalah sebuah cerita kecil tentang pengorbanan dan tanggung jawab, tentang menembus batas demi memastikan setiap suara dihitung, setiap harapan didengar, dan setiap mimpi diberi tempat untuk tumbuh.

Di ujung langit itu, demokrasi hidup dan berdenyut. Bukan di gedung megah atau jalan protokol, tapi di jalan setapak berlumpur, di tengah aliran sungai deras, dan di hati mereka yang melangkah untuk bangsa. **

Pos terkait