Penilaian memainkan peran penting dalam pembelajaran sastra, khususnya dalam mengukur pemahaman mahasiswa terhadap karya sastra yang dipelajari. Metode penilaian tradisional seperti ujian pilihan ganda sering kali tidak memadai untuk mengasah kemampuan berpikir kritis.
Sebagai alternatif, penilaian berbasis esai kritis menawarkan pendekatan yang lebih mendalam dengan mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi tema, simbol, dan konteks sosial karya sastra. Metode ini tidak hanya mengukur pemahaman tekstual mahasiswa tetapi juga menghubungkannya dengan konteks sosial, budaya, dan pengalaman pribadi mereka, sehingga menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan.
Esai kritis memiliki banyak kelebihan dalam pembelajaran sastra. Pertama, metode ini mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mengumpulkan informasi tetapi juga menganalisis dan mengevaluasi data untuk menyusun argumen berbasis bukti.
Kedua, esai kritis memberikan fleksibilitas dalam ekspresi pemahaman. Mahasiswa dapat mengekspresikan ide-ide mereka secara kreatif dan orisinal, menjadikan pembelajaran lebih menarik. Penelitian Larson (2019) menunjukkan bahwa esai kritis dapat meningkatkan kemampuan komunikasi akademik mahasiswa, seperti menyusun argumen yang logis, menggunakan referensi akademik, dan menyampaikan ide secara terstruktur.
Dengan demikian, esai kritis tidak hanya menjadi alat evaluasi tetapi juga media pembelajaran yang mengintegrasikan pemikiran kritis, analisis, dan refleksi.
Untuk menciptakan evaluasi yang lebih holistik, metode esai kritis dapat dikombinasikan dengan pendekatan lain, seperti jurnal reflektif dan diskusi kelompok kecil. Jurnal reflektif berfungsi sebagai alat evaluasi diri yang memungkinkan mahasiswa untuk mengetahui kemajuan mereka, merefleksikan tantangan yang dihadapi, dan merencanakan langkah perbaikan.
Fauziya, Ahmadi, & Yani (2020) mencatat bahwa jurnal reflektif berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan berpikir kritis, keterlibatan dalam pembelajaran, dan kemampuan menulis. Dengan mencatat pengalaman belajar, mahasiswa dapat memahami proses berpikir mereka sendiri, memperkuat argumen mereka, dan meningkatkan kualitas esai kritis.
Diskusi kelompok kecil, di sisi lain, memberi mahasiswa kesempatan untuk berbagi perspektif, mengajukan pertanyaan kritis, dan memperkaya pemahaman melalui kolaborasi. Ugwu & Ezeokoli (2022) mencatat bahwa metode ini tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kerja tim.
Melalui diskusi, mahasiswa dapat menggali lebih dalam tema, karakter, atau simbol dalam teks sastra, yang kemudian menjadi dasar untuk menyusun argumen dalam esai mereka.
Melalui kombinasi esai kritis dengan jurnal refleksi dan diskusi ini sebagai strategi penilaian, evaluasi dalam pembelajaran sastra tidak hanya menilai hasil akhir tetapi juga menghargai proses pembelajaran.
Tahapan refleksi individu (reflect), kolaborasi dalam diskusi (discuss), dan penulisan esai kritis (write) menciptakan pengalaman belajar yang lebih komprehensif. Dengan pendekatan ini, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan analitis, reflektif, dan kreatif yang relevan untuk kebutuhan akademik maupun dunia profesional.
Esai kritis, didukung oleh metode lain, menjadi alat yang ideal untuk membangun pemahaman mendalam dan keterampilan berpikir kritis serta menjadi strategi penilaian yang holistik dalam pembelajaran sastra.
Penulis : Fahria Malabar dan Helena Badu. (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo)