Meneguhkan Asa Dan Etika di Pesisir Pattingalloang

Suasana belajar anak-anak Pesisir Pattingalloang di sekolah anak percaya diri, Jumat 27 Oktober 2023 (foto:Indiyani untuk Channelsulawesi,id)

Adelia mantap mengangkat tangannya lalu berdiri. Bocah perempuan ini berjalan maju melewati beberapa temannya yang duduk bersilah. Dia menyambar mikropon yang disodorkan lalu berdiri di depan. Sejenak, Adelia menarik nafas. Sebentar kemudian dia melantunkan sebait puisi karya WS Rendra, hafalannya.

Suaranya terdengar menggema dari speaker yang tergeletak di sudut ruangan. Memantul dari dinding tempat banyak piagam bergelantungan. Ekspresinya datar saja, tapi Adelia tidak canggung di depan teman-temannya. Meski aksinya juga terekam dengan gawai milik Indiyani, seorang pengajar yang meminta anak-anak di ruangan itu berpuisi.

“Tuhanku, wajahmu membayang di kota terbakar.Dan firmanMu terguris di atas ribuan kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapak. Tanah sepi kehilangan anak lelakinya.Bukannya benih yang di sebar di bumi subur. Tiap bangkai dan wajah mati yang sia-sia.

Apabila malam turun nanti, sempurnalah wajah dosa. Dan mesiu kembali lagi bicara.Waktu itu, Tuhanku. Perkenankan aku membunuh. Perkenankan aku menusukkan sangkurku,”.

Di ujung bait, Ia disambut tepukan tangan kawan-kawannya. Seketika suasana riuh, juga menggema dalam ruangan.  Membuat senyum mengembang dari bibir Rezki Amalia yang berdiri membersamai Adelia di depan. Indiyani dan Rezki Amalia adalah dua pengajar di kelas yang mengambil sebagian ruang di rumah tinggal tersebut.

Sikap percaya diri Adelia, membuat teman-temannya juga ingin tampil. Halim, bocah lelaki yang sedari tadi mengangkat tangan, tak mau kalah. Ia langsung berdiri dan maju saat diminta mendeklamasi pantun. Mereka mahfum untuk tidak berebutan.

Demikian Sakinah Al Khumairah. Anak perempuan yang sedikit lebih tinggi dari dua kawannya ini ingin jadi yang terbaik. Dia beranjak dari tempatnya duduk lalu dan memandu kawan-kawan di depannya ketika diminta memanjatkan shalawat busyro bersama.

Belasan anak di ruangan itu adalah anak-anak pesisir Kelurahan Pattingalloang Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Orang tuanya mayoritas nelayan yang tinggal dalam pemukiman padat. Mereka tengah mengikuti kelas belajar di luar jam sekolah. Anak-anak itu belajar banyak hal dari Indiyani dan Amalia.

Selepas Jumat, anak-anak ini disiplin berboyongan ke ruangan itu tepat pukul 13.30 WITA dan pulang dua setengah jam kemudian. Sebagaimana Jumat yang telah berlalu.

Selain Jumat, kelas itu juga dibuka setiap hari Minggu dengan jam yang sama.

Pertama dibentuk tahun 2018 silam, belum banyak anak yang berminat menimbah pengetahuan di luar sekolah itu. Dalam pergiliran waktu, kini sudah tercatat 70 anak menjadi peserta pada Sekolah Anak Percaya Diri (SAPD) di Jalan Barukang III Lorong 3 Kelurahan Pattingalloang Kota Makassar tersebut.

Baca Juga :  UIN Datokarama Gagas Penerapan Mata Kuliah Moderasi Beragama untuk Semua Mahasiswa

Eksistensi anak-anak di SAPD yang moncer menyita perhatian anak-anak lain di pesisir Pattingalloang. Tim penari SAPD kerap mendapat undangan untuk mengisi peringatan hari jadi Kota Makassar. Banyak prestasi yang mereka torehkan. Sebanyak piagam penghargaan yang terbingkai rapih pada dinding -dinding ruangan tempat mereka belajar tadi.

Kabar itu mengetuk hati orang tua dan anak-anak lain.  Mereka saling mengajak dan mengikuti temannya yang lebih dulu menjadi peserta belajar di SAPD. Kini peserta belajar SAPD di bagi menjadi dua. Kelas kecil dan kelas besar. Kelas kecil untuk anak dalam rentang usia satu sampai tiga tahun dan kelas besar untuk usia empat sampai enam tahun.

Jumat siang 27 Oktober 2023, Indiyani menggabung dua kelas itu untuk menunjukkan kepiawaian anak-anak itu dari balik gawainya. Indiyani menyebut, dalam diri anak-anak itu kini telah tertanam sikap percaya diri yang kokoh. Mereka juga patuh. Saat diminta untuk tidak rebutan maju, anak-anak itu mahfum. Setiap hari anak-anak ini kata Indiyani mendapat penilaian dengan teknik tertentu. Yang khusus memantau grafik peningkatan percaya diri.

Dari SAPD itu, Indiyani dan Amalia mengajarkan bagaimana anak mengelolah emosi dan meneguhkan etika. Kemudian melatih sikap percaya diri dalam jiwa dan pemikiran anak-anak yang polos itu. Indiyani dan Amelia juga telah terjadwal melatih anak membaca puisi, menari,menabuh rebana, mendongeng hingga cerita pendek.

Etika dan sikap percaya diri menurutnya penting diteguhkan dalam dada generasi di Pesisir Pattingalloang ini. Sebab lingkungan mereka tinggal dikenal ‘keras’. Lingkungan keras telah mengubah watak sebagian anak-anak pesisir menjadi ‘keras’. Etika tidak tumbuh dan bersemayam dengan baik dalam dada dan pemikiran anak-anak pesisir itu. Indiyani mengenal betul karakter demikian. Sebab ia juga bermukim tak jauh dari pesisir Pattingalloang.

Sembelit kehidupan yang mendera nelayan pesisir membawa sekian banyak orang tua anak-anak itu pada perilaku sosial menyimpang. Mereka banyak terlibat dalam peredaran dan penyalahgunaan Napza untuk melewati hari. Sejak lama anak-anak di sana hidup dalam situasi tak ramah. Banyak pula orang tua menjadi pelaku tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tanggah(KDRT). Terbilang juga jumlahnya anak yang menjadi korban kekerasan secara psikis karena perceraian orang tua.

Sedemikian keras penggambaran dalam pusaran kehidupan Pesisir Pattingalloang ini. Beberapa anak mendapat eksploitasi untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga hingga terpaksa mengabaikan sekolah. Menerima perlakuan seperti itu, sikap anak bisa berubah menjadi ‘liar’ sekaligus kehilangan percaya dirinya. Murung dan kadang berdiam diri sepanjang hari.

Baca Juga :  Besok Tiba di Kota Palu, Ini Rundown Kunkernya Mendikbud

Nuraeni, adalah orang yang paling gelisah terhadap apa yang mendera anak-anak pesisir itu. Nuraeni adalah perempuan yang ditokohkan masyarakat di Pesisir Pattingalloang. Ia punya kepedulian sosial yang tinggi. Terlebih bagi orang-orang di dekatnya. Salahsatu bagian di rumah Nuraeni itulah yang digunakan anak-anak pesisir tadi belajar dalam sistem SAPD.

Kegelisahan Nuraeni yang telah lama terpendam, akhirnya membuncah dengan sebuah gerakan. Pertemuannya dengan pengelolah Integrated Terminal (IT) Makassar 2018 silam menjadi langkah awal pembentukan SPAD itu. IT Makassar adalah unit operasi PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi di Kota Makassar. IT Makassar memberi mereka pendampingan terhadap usaha pengembangan diri anak-anak pesisir di SAPD.

Pertamina menjadikan SAPD sebagai salahsatu program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) melalui Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Pertamina menyebut Nureani sebagai ’local hero’.

Nuraeni dianggap punya komitmen kuat terhadap program yang dibinanya. Seseorang yang menularkan dampak positif terhadap lingkungan, komunitas local, dan masyarakat luas. Juga menjadi pemberi inspirasi bagi masyarakat di sekitarnya.

Nuraeni punya sebuah pengharapan besar. Dari SAPD, akan lahir generasi dari Pesisir Pattingalloang yang tangguh terhadap kerasnya tekanan sosial yang mendera kehidupan mereka. Dia ingin menghabiskan sisa usianya melihat anak-anak pesisir tumbuh dengan sikap percaya diri yang kokoh dan etika yang teguh. Dia bermimpi tidak akan ada lagi anak yang melontarkan kata-kata kasar seperti kebiasaan mereka sehari-hari yang Nuraeni ketahui selama ini.

Nuraeni  tahu persis kondisi anak-anak pesisir. Tahu kalau ada yang diekspolitasi ayah tirinya. Seperti seorang anak yang beranjak remaja pernah dipaksa ikut menjual ikan di tempat pelelangan hingga harus mengabaikan sekolah. Atau anak yang menjadi pemurung, sulit diajak berbicara karena trauma perceraian orang tua. Begitupun anak-anak yang kehilangan tongkat hidup karena kedua orang tuanya mendekap di penjara akibat penyalahgunaan narkoba.

“Kita harus membantu anak-anak ini pak agar etikanya menjadi baik. Supaya mereka tahu cara menghargai orang. Kita latih anak korban kekerasan untuk membangun kembali percaya dirinya,”kata Nuraeni.

TSJP Unggulan Pertamina IT Makassar.

Area Manager Communication, Relation, & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, mengungkapkan, program TJSP di SAPD Pattingalloang merupakan program unggulan Pertamina melalui IT Makassar.

Bersama dua program TJSP Pertamina lain, SAPD telah ikut mengantarkan IT Makassar meraih sejumlah penghargaan. Yaitu Proper Hijau di Tahun 2022. Kemudian Padmamitra Award 2020, lalu  Nusantara CSR Award 2021, ENSIA Award 2022, dan ISRA 2023. Salahsatunya terpampang dengan bingkai yang rapih pada dinding-dinding ruang belajar SAPD.

Baca Juga :  Wagub : Comic'S Tadulako Bikin Matematika Jadi Menyenangkan

Bahkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sulawesi Selatan (Sulsel) Hj Andi Mirna, menyebut, Pertamina adalah perusahaan pertama yang menerapkan sistem pendampingan komprehensif sebagai inovasi sosial bagi anak KDRT dan eksploitasi.

Karena SAPD telah memberi edukasi kepada anak-anak dan orang tua, bagaimana mereka lebih dapat percaya diri menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan dapat bersaing dimasa yang akan datang. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Atas semua itu Andi mengapresiasi PT Pertamina.

Menurut Fahrougi, SAPD terbentuk setelah sebelumnya dilakukan pemetaan sosial oleh IT Makassar pada wilayah operasinya. Dari pesisir Pattingalloang kemudian didapat informasi banyak anak-anak terdampak KDRT dan eksploitasi.

IT Makassar membentuk SAPD yang kini menjadi wadah bagi anak-anak untuk melepaskan diri dari tekanan dan trauma serta menjadi tempat untuk pengembangan diri.

Sejak tahun 2018 Pertamina secara berkesinambungan mendampingi program ini hingga anak-anak mampu meningkatan kepercayaan dirinya. Untuk urusan ini, percaya diri anak diukur  berdasarkan angket psikolog.

CSR Pertamina kepada SPAD ujarnya digulirkan dalam bentuk bantuan infrastruktur berupa sanggar belajar dan menari. Pertamina juga turut membantu proses pemasaran dari kemampuan menari anak-anak SAPD usia remaja sehingga mereka mampu memperoleh penghasilan sendiri.

“Kini mereka berani tampil di event-event dengan bayaran Rp600 ribu hingga Rp1,2 juta per event,” sebut Fahrougi.

Masih dalam keterangan resminya, Fahrouqi mengaku senang bahwa program SAPD ini dapat diterima masyarakat. Dan telah menjadi salah satu program pelopor dalam mengatasi aspek bencana sosial terhadap anak khususnya di wilayah Sulsel.

Ia menjelaskan, pendampingan kepada SAPD dimulai sejak fase rintisan awal program. Membentuk perangkat pembelajaran, pendampingan kegiatan, menyusun kurikulum dan pendampingan konseling psikologis klinis anak hingga pada tahun ini masuk ke dalam fase mandiri. Program SAPD ini telah memberi dampak signifikan terhadap perubahan perilaku anak-anak dan memiliki sustainability program yang tinggi. Karena program ini telah menjadi program yang mandiri.

“Harapannya kedepan akan ada lebih banyak program kolaborasi pengentasan permasalahan sosial yang akan dilaksanakan, bekerjasama dengan Dinas DP3AP2KB dan multi stakeholder lainnya,”ucap Fahrougi.

Fahrouqi menambahkan, menyelesaikan permasalahan sosial Masyarakat memang menjadi komitmen Pertamina dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Yaitu mendukung pendidikan yang berkualitas, kesetaraan gender serta kota dan pemukiman yang berkelanjutan.(Hamdi Anwar).

 

Pos terkait