Vaksin Merah Putih Bentuk Kontribusi Indonesia Tangani Covid-19

Kepala Divisi Surveillans dan Uji Klinis Bio Farma, Dr. dr. Novilia Sjafri Bachtiar, M. Kes dalam Webinar KPCPEN dengan tema Pengembangan vaksin merah putih melindungi negeri di Jakarta, Rabu, 11 November 2020. (FOTO : IST)

PALU, CS – Masyarakat Indonesia, khususnya Sulawesi Tengah, menunggu selesainya tahapan uji klinis pengembangan vaksin Covid-19 dari China. Namun saat yang sama, Pemerintah Indonesia juga terus berupaya secara mandiri mengembangkan vaksin merah putih kolaborasi dengan Lembaga Eijkman dan Bio Farma.

Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik Bio Farma, Dr. Novilia Sjafri Bachtiar, mengatakan hal tersebut sebagai upaya kemandirian Indonesia dalam memproduksi vaksin sekaligus bentuk kontribusi penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia.

Perlu diketahui, bahwa Bio Farma berdiri dengan nama “Parc Vaccinogene” pada 6 Agustus 1890 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tahun 1890 di Rumah Sakit Militer Weltevreden, Batavia, yang saat ini telah berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto). Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1997 nama Bio Farma menjadi PT Bio Farma (Persero) sampai saat ini dengan kepemilikan saham 100 persen oleh pemerintah.

Baca Juga :  Tekan Kasus Stunting, BKKBN Maksimalkan BKB dan GenRe

Bio Farma sebagai perusahaan milik negara sudah terlibat dalam pengembangan vaksin sejak tahun 1988, untuk penyakit polio. Perusahaan plat merah ini juga tergabung dalam Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Pandemi (CEPI) dan kini terlibat dalam program COVAX Facility untuk merespon penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia. Peran Bio Farma dalam memproduksi vaksin sudah terbukti lewat vaksin polio yang diekspor ke berbagai negara. Indonesia sendiri sudah dinyatakan bebas polio sejak tahun 2014 oleh WHO.

“Bio Farma mengekspor hampir dua pertiga kebutuhan dunia terhadap vaksin OPV atau vaksin polio,” ungkap Novilia dalam forum Webinar KPCPEN dengan tema “Pengembangan Vaksin Merah Putih Melindungi Negeri”, Rabu, 11 November 2020.

Baca Juga :  Salut, di Unauna Warga Tak Taat Protokol Covid Dihukum Push Up

Kata dia, berdasarkan pengalaman itu, upaya pengembangan vaksin Covid-19 yang dilakukan Bio Farma tidak diragukan lagi. Kini, selain bekerjasama dengan CEPI dan Sinovac, Bio Farma juga berkolaborasi dengan Lembaga Eijkman untuk memproduksi vaksin Merah Putih.

“Targetnya bukan hanya memproduksi vaksinnya saja. Tetapi kita juga membangun kapasitas institusi-institusi di Indonesia untuk sanggup menghasilkan vaksin secara mandiri, tidak tergantung vaksin dari luar negeri,” ujar Novilia.

Optimisme bahwa Bio Farma akan mampu memproduksi vaksin Covid-19 juga disampaikan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Penanganan Covid-19 Kemenristek, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti.

Di tempat lain Kepala Dinas Kominfo, Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah Faridah Lamarauna menyampaikan harapannya dengan peningkatan jumlah kasus per hari dari pandemi virus corona ini dapat menyebabkan kegelisahan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat luas. Seluruh pihak perlu berpartisipasi mengambil tindakan pencegahan penyebaran virus corona ini.

Baca Juga :  3M Langkah Mudah Cegah Kerugian Akibat Covid-19

Di Sulawesi Tengah sendiri per 12 November 2020 berdasarkan data Pusdatina Covid-19 menunjukkan jumlah akumulatif kasus terkonfirmasi Covid-19 menunjukkan angka 1.126 kasus, sembuh sebanyak 835 orang dan meninggal 44 orang. Saat ini yang masih dalam perawatan oleh Tim medis sebanyak 247 orang baik dirawat di Rumah Sakit rujukan maupun isolasi mandiri.

“Kita semua berharap tahapan uji klinis terhadap vaksin Covid-19 dapat sukses diselesaikan sehingga produksi vaksin dapat diwujudkan. Karena hanya dengan vaksin pandemi Covid-19 dapat dihentikan,” pungkas Faridah. (HSM/MIC)

Pos terkait