Ini Hukum Rayakan Valentine Day dalam Islam

pixabay.com

Channelsulawesi.id –  Tanggal 14 Februari setiap tahunnya, dirayakan sebagai hari Valentine oleh sejumlah orang di berbagai belahan dunia.

Ini merupakan hari ketika orang-orang mengekspresikan kasih sayangnya untuk orang lain, khususnya pasangan.

Hari Valentine yang memiliki akar pada tradisi masa Romawi Kuno dan hari untuk memperingati kematian pendeta penebar kasih, Santo Valentine, ini selalu mengundang perdebatan di Indonesia.

Beberapa pihak beranggapan bahwa merayakan Valentine haram hukumnya karena hari kasih sayang tersebut bukan termasuk budaya Islam.

Berikut penjelasan hukum hari Valentine dalam Islam berdasarkan penjelasan berbagai organisasi Islam, dikutip channelsulawesi.id dari TribunPontianak.co.id.

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Jelang Hari Valentine 2020 silam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengingatkan umat muslim di Jatim agar tidak ikut merayakan Hari Valentine.

Waktu itu, Sekretaris Umum MUI Jatim, Ainul Yaqin menegaskan, mengikuti perayaaan hari Valentine diharamkan bagi umat Islam.

Fatwa MUI Jatim tertuang dalam fatwa dengan nomor Kep.02/SKF.MUI/JTM/I/2017 tentang hukum merayakan hari Valentine bagi orang Islam.

Baca Juga :  Beri Penghargaan, Apresiasi BKKBN Terhadap Program Penurunan Stunting

“Di sana (fatwa) disebutkan bahwa umat Islam haram mengikuti merayakan hari Valentine. Isi fatwanya seperti itu,” ujar Ainul Yaqin, dikutip dari Tribunjatim.com.

Ada empat pertimbangan MUI mengharamkan umat Islam untuk merayakan Valentine.

Pertimbangan yang Pertama adalah Valentine bukan tradisi Islam.

Yang kedua, di dalam kegiatan Valentine banyak hal yang bisa mengarah pada perbuatan tidak baik.

“Jadi misalnya ada pratek pergaulan bebas dan sebagainya, berarti kita mendorong ke sana,” ucap Ainul Yaqin.

Lalu yang ketiga MUI harus berperan ikut menutup segala hal yang berpotensi pada keburukan tersebut termasuk pada perayaan Valentine.

“Keempat tidak boleh ikut menyiarkan sesuatu yang menimbulkan keburukan tadi,” lanjutnya.

Untuk itu, ia menganjurkan agar umat Islam tidak turut serta merayakan hari Valentine karena jelas hukumnya haram.

Menurut Nahdlatul Ulama (NU)

Dalam artikel karya Ahmad Naufa Khoirul Faizun, beliau menekankan pada perayaan Valentine yang Islami.

Intinya, Hari Valentine dianggap sebagai ‘bungkus’ atau label yang substansinya harus diisi dengan cara merayakan yang tidak bertentangan dengan agama.

Baca Juga :  Jasa Raharja Kolaborasi PT BVT Untuk Data Road Safety

Ini karena ajaran kasih sayang dalam Islam adalah ajaran yang tidak berlaku surut.

Umat Islam selalu dituntut untuk saling mengasihi dan menolong sesama.

Cara yang dapat dilakukan adalah Valentine yang memang dari budaya barat difilter menjadi budaya yang secara substansi tak bertentangan dengan ajaran Islam.

Ini telah dicontohkan oleh para Walisongo yang menunjukkan tradisi dan budaya non-Islam berhasil diislamisasi secara substansi.

Seperti wayang yang isinya mendekatkan kepada ajaran tauhid dan banyak memuat ajaran kebaikan.

Menurut Muhammadiyah

Tahun lalu, Muhammadiyah menyoroti persoalan hari Valentine.

Serupa dengan MUI Jawa Timur, kegiatan ini dianggap tidak pantas dirayakan dan ditiru karena bukan budaya yang datang dari agama islam.

Menyikapi ini, Muhammadiyah menyarankan agar organisasi-organisasi remaja harus kreatif dan dituntut untuk mencari kegiatan-kegiatan positif sebagai tandingan budaya Valentine.

Kata UAS

Pada kesempatan berbeda, pendakwah Ustadz Abdul Somad (UAS) menjelaskan asal muasal peringatan ini.

Baca Juga :  Road Safety Ranger Kids Diikuti 400 Murid SD

“Ada yang namanya Santo Valentino. Dialah yang membebaskan tentara yang sedang bercinta lalu menikahkannya,” kata UAS.

“Maka, akhirnya dia dibunuh, lalu hari kematiannya diperingati sebagai hari Cinta,” kata Ustadz Abdul Somad.

Mirisnya kata UAS sejalan dengan waktu, peringatan Valentine kemudian disalahgunakan khususnya bagi remaja.

“Nanti tanggal 14 Februari itu nyatanya hari Zina Internasional,” kata UAS.

Bukan tanpa alasan UAS mengaku adanya fenomena itu di masyarakat.

Pada hari itu, kata UAS, orang-orang pergi bersama pasangannya.

“Bahkan hotel-hotel di Pekanbaru memasang tarif murah. Hari Cinta setengah harga plus sarapan pagi,” lanjutnya.

Karena itu UAS meminta kepada pemuda muslim untuk menghindarinya.

“Anak muda jangan keluyuran. Kalau ada pacaranya datang, bensinnya bocorkan, businya cabut,” kata UAS sambil bercanda.

Dia juga mengimbau untuk menghidupkan pengajian yang isinya menolak kemunkaran.

“Isi pengajian di masjid-masjid yang isinya menolak kemunkaran, jangan yang tentang valentine,” kata dia.  **

Pos terkait