MOROWALI,CS – Dampal el nino begitu terasa di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Dampak yang paling parah adalah terjadinya kemarau panjang. Kondisi ini dikaitkan langsung dengan naiknya harga beras di pasaran yang terjadi tiga bulan belakangan.

Naiknya harga beras pasaran seharusnya menjadi kabar baik bagi petani sawah. Sebab, harga gabah otomatis juga terkerek naik. Namun peluang itu tidak dirasakan petani sawah di Desa Lantula Jaya Kecamatan Witaponda Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah (Sulteng). Kemarau panjang telah memicu kekeringan pada sawah-sawah petani di desa itu. Terancam gagal panen.

Kondisi demikian menjadi keluh kesah petani sawah Desa Lantula yang mengemuka dalam penjaringan aspirasi (Reses) Anggota DPRD Sulteng, Huisman Bram Toripalu. Keluhan petani yang hadir seragam, bahwa kondisi persawahan dan tanaman padi mereka sangat meprihatinkan akibat kekeringan. Padi mereka tidak berkembang dengan baik karena tidak teraliri air. Tanah perswahan kering dan terbelah-belah.

Kekeringan sawah yang melanda wilayah mereka kian diperparah akibat adanya perbaikan Irigasi Ungkaya yang saat ini sedang dilaksanakan rehabilitasi irigasi . Perbaikan menyebakan pasokan air ke persawahan terhenti total. Warga menyebut,terdapat kurang lebih 50 hektar sawah saat ini terancam gagal panen,.

Terhadap kondisi demikian, Bram Toripalu berharap pemerintah dapat meng-intervensi masalah ini sebagai bencana gagal panen (fuso). Ia mendesak pemerintah menggulirkan bantuan stimulus bagi petani yang mengalami gagal panen. Sebab menurutnya, petani harus mengeluarkan biaya produksi yang besar dalam menanam.

Dengan stimulus itu, Huisman berharap bisa meringankan beban petani di desa tersebut hingga kemarau berakhir (**)