DONGGALA, CS – Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Donggala melaksanakan sosialisasi Pengendalian inflasi daerah dan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Nelayan, Pembudidaya, pengolah dan pemasar.
Sosialisasi tersebut dilaksanakan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Kamis (8/9).
Naiknya BBM berdampak pada semua sektor, tak terkecuali nasib para nelayan yang ada di wilayah Kabupaten Donggala. Olehnya, Diskan Donggala melaksanakan sosialisasi ini agar para nelayan dapat mencari jalan keluar.
“Sosialisasi hari ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan mendagri dengan seluruh Gubernur menyangkut pengendalian infalsi dan kebutuhan nelayan” Kata Kadis Perikanan dan Kelautan, Donggala, Ali Assegaf.
Ali menjelaskan Dinas Perikanan akan mengambil peran, mengundang nelayan memberikan pemahaman bahwa kenaikan BBM adalah kebijakan pemerintah pusat.
“Kami berupaya menghindari infalsi utamanya sembilan bahan pokok yang merupakan kebutuhan operasional nelayan, kami juga berharap nelayan tidak terkontaminasi dengan isu miring,”tuturnya.
Saat ini, kata dia, kebutuhan BBM nelayan untuk melaut diberikan jatah 40 ton perbulan, dan pihaknya berharap kuota bisa ditambah menjadi 80 ton perbulan.
“Sebab, kenaikan BBM tidak berpengaruh, masyarkat nelayan tetap menjalankan usaha penangkapan ikannya dan kami berharap kebutuhan dasar nelayan di SPDN dan SPBU harus tetap dilayani seperti biasa,” tuturnya.
Lanjutnya, sampai Sekarang jatah BBM untuk nelayan tidak jelas berapa sebenarnya kuota nelayan, kalau jatah secara umum itu 40 ton perbulan yang tersebar di SPDN dan SPBU di Kabupaten Donggala.
“SPBU harus harus perioritaskan nelayan, dalam waktu dekat ini kaimi akan mengundang depot pertamina dan pihak SPBU rapat kerja terkait jatah BBM untuk nelayan,” jelasnya.
Ditempat yang sama Hamdin, nelayan asal kelurahan Labuan Bajo kecamatan Banawa mengatakan kenaikan harga BBM sangat berdampak pada aktivitas melaut yang dilakukannya.
“Sangat terasa dampak kenaikan BBM, cuma yang kami sesali juga BBM naik, jatah kami dibatasi bertamba hlah penderitaan kami,”ucap Hamdin.
Menurutnya, untuk melaut dibutuhkan 15 jerigen solar, tetapi jatah solar dibatasi. Nelayan hanya diberikan jatah 10 jerigen saja.
“Kadang kami tidak pulang pak tertahan di tengah laut karena kehabisan solar, Jatah solar dikasi hanya 10 jerigen. padahal normalnya itu 15 jerigen dengan jarak tangkap 30 mill sudah Pulang pergi itu pak, ada hasil tangkapan atau tidak ada yang penting bisa pulang,” jelas Hamdin.
Hamdin berharap di tengah kenaikan harga BBM ini, kebutuhan nelayan akan bahan bakar melaut bisa terpenuhi.
“Persolan BBM naik tidak apa biar susah-susah tetap juga dibeli kasian, ini sudah naik BBM terbatas juga dikasih ke kita, sama saja pak, tetap menderita,” keluh Hamdin menutup. (ADK)

