Rektor UIN Datokarama: Gen Z dan Milenial Harus Dilindungi dari Bahaya Radikalisme

PALU, CS – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Prof. KH. Lukman S. Thahir, menyatakan bahwa generasi muda, baik Gen Z maupun milenial di Indonesia, termasuk di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, harus dilindungi dari bahaya faham radikalisme.

“Generasi muda atau Gen Z dan milenial adalah komponen harapan bangsa, yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan berkelanjutan di masa mendatang. Maka, mereka tidak boleh terpapar dari gerakan intoleransi, faham radikalisme, dan terorisme,” ujar Profesor Kiai Haji Lukman S. Thahir dalam kegiatan dialog penguatan tentang Gen Z dan moderasi beragama untuk menemukan jalan tengah dalam keberagaman di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat 28 Juni 2024.

Bacaan Lainnya
Baca Juga :  Miris, Kelas Jauh SDN 4 Basidondo Memprihatinkan, Tak Ada Respon Pemda Setempat

Kegiatan yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas lingkup UIN Datokarama tersebut terlaksana berkat kolaborasi antara UIN Datokarama dengan Balai Litbang Agama Makassar.

Profesor Lukman, yang juga peneliti terorisme di Poso, mengemukakan bahwa terdapat empat faktor penyebab yang membuat Gen Z dan milenial rentan terhadap propaganda perilaku intoleran. Empat faktor tersebut adalah faktor neurologis, faktor kedekatan keluarga, faktor sosial, dan faktor internet serta media sosial berbagai platform.

Pada faktor neurologis, ia menjelaskan bahwa remaja cukup unik karena perkembangan otak mereka berlangsung dengan cara yang agak tidak merata. Secara khusus, selama masa remaja, korteks prefrontal yang memandu penalaran dan pengendalian diri berkembang lebih bertahap daripada amigdala, pusat emosi manusia. Ini membantu menjelaskan mengapa remaja antara usia 18 dan 20 tahun bagi banyak orang tua sering tampak impulsif dan gegabah.

Baca Juga :  SMA Al-Azhar Mandiri Palu dan MAN IC Palu Masuk Dalam Rekomendasi Terbaik LTMPT 2022

“Proses transisi inilah yang membuat pemuda menjadi seperti dempul psikologis di tangan kelompok ekstrem yang terampil,” ungkapnya.

Faktor kedekatan keluarga, menurutnya, kerentanan psikologis esensial remaja yang timbul dari faktor neurologis lebih jauh dipengaruhi oleh konteks keluarga dekat. Ia mengutip pernyataan Psikiater Inggris Russell Razzaque yang berpendapat bahwa ‘ikatan awal orang tua’ sangat penting untuk perkembangan emosional yang sehat di masa muda.

Sementara pada faktor sosial, Gen Z dan milenial rentan terpapar juga dipengaruhi oleh komunitas atau sub-budaya dari Gen Z yang relatif terisolasi dari pemerintahan yang lebih luas, dan telah diliputi oleh serangkaian kemunduran politik, sejarah, dan sosial ekonomi yang menimbulkan rasa keterasingan vis-a-vis kelompok luar yang dominan.

Baca Juga :  UIN Datokarama Gelar Pelatihan Karya Ilmiah Bagi Penerima Beasiswa KIP Kuliah

Terakhir, faktor internet dan media sosial yang telah menjadi gaya hidup Gen Z dan milenial menjadi lahan basah bagi kelompok ekstrem untuk merekrut anak muda Gen Z.

“Maka, mau atau tak mau, suka atau tidak suka, upaya derasikalisasi, dan pencegahan radikalisme, serta penguatan moderasi beragama, harus terus digencarkan,” sebutnya.

Ia menguraikan bahwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, generasi Z mencapai 27,94 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan generasi milenial mencapai 25,87 persen.

“Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia,” kata Profesor Lukman.

Ia menambahkan, jika mereka ini tidak segera dibentengi dari penyebaran ideologi radikalisme maka hal itu bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa dan negara ini. *

Pos terkait