Konflik antara Iran dan Israel jauh lebih serius. Dalam serangan balasan terhadap pemboman fasilitas nuklir Iran oleh Israel pada 13 Juni 2025, Iran meluncurkan berbagai rudal ke kota-kota utama Israel.

Salah satu rudal yang paling menonjol dan banyak dibicarakan adalah Sejjil, rudal balistik jarak menengah (MRBM) buatan dalam negeri Iran yang menandai kemajuan besar dalam kekuatan militer negara tersebut.

Sejjil adalah rudal dua tahap yang menggunakan bahan bakar padat, sebuah inovasi penting yang membedakannya dari rudal-rudal generasi sebelumnya seperti Shahab 3 yang menggunakan bahan bakar cair.

Keunggulan bahan bakar padat terletak pada kecepatan peluncuran dan fleksibilitas operasionalnya. Rudal tidak memerlukan pengisian bahan bakar sebelum peluncuran, sehingga bisa ditembakkan dalam waktu singkat dan dari berbagai lokasi tersembunyi menggunakan kendaraan peluncur (TEL).

Dengan jangkauan antara 2.000 hingga 2.500 kilometer, Sejjil mampu menjangkau seluruh wilayah Israel dari dalam wilayah Iran. Bahkan beberapa laporan menyebutkan versi eksperimentalnya bisa mencapai 2.900 kilometer.

Tak hanya itu, Sejjil dapat melaju dengan kecepatan Mach 12 hingga 13 saat masuk kembali ke atmosfer, atau sekitar 15.000 km per jam, membuatnya sulit dicegat oleh sistem pertahanan rudal seperti Iron Dome atau Arrow.

Penggunaan Sejjil dalam serangan pada 16 Juni lalu bukan hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga merupakan pesan politik dan strategi pertahanan dari Teheran. Rudal ini adalah simbol kemandirian industri militer Iran, yang dikembangkan sepenuhnya tanpa dukungan langsung dari kekuatan militer besar.

Beberapa analis Israel dan Barat bahkan menyebutnya sebagai “bukti bahwa Iran telah menguasai teknologi solid-fuel sendiri.”

Meski tidak semua rudal Sejjil menembus sistem pertahanan Israel, fakta bahwa rudal ini bisa diluncurkan cepat, memiliki kecepatan tinggi, dan membawa hulu ledak hingga 1.000 kg menjadikannya ancaman nyata yang tak bisa diabaikan. Sejjil juga telah menambah tekanan psikologis terhadap Israel dan sekutunya untuk memperkuat sistem pertahanan rudal mereka.

Kelebihan dan Keterbatasan

Kekuatan utama Sejjil terletak pada:

  • Peluncuran cepat dan sulit dilacak, karena menggunakan bahan bakar padat dan sistem TEL mobile.
  • Jangkauan jauh dan kecepatan tinggi, cukup untuk mengenai target strategis dalam hitungan menit.
  • Daya gempur besar, karena mampu membawa hulu ledak hingga 1.000 kg.

Namun, tidak ada senjata yang sempurna. Sejjil juga memiliki beberapa keterbatasan:

  • Akurasi masih diperdebatkan, meski Iran mengklaim CEP sekitar 50 meter, data independen memperkirakan antara 50 hingga 250 meter.
  • Navigasi kompleks, bahan bakar padat menyulitkan manuver dan kontrol dibanding rudal cair.
  • Jumlah terbatas, Iran diyakini hanya memiliki beberapa lusin hingga ratusan rudal ini, sehingga penggunaannya harus sangat diperhitungkan.
  • Rentan terhadap serangan awal, jika lokasi peluncur diketahui lebih dulu, stok rudal bisa dilumpuhkan sebelum digunakan.

Apa Artinya Bagi Kawasan dan Dunia?

Penggunaan Sejjil menandakan bahwa Iran kini memiliki senjata deterrent yang cukup untuk membatasi gerakan militer lawan. Dalam konteks geopolitik, hal ini menciptakan perimbangan kekuatan baru di Timur Tengah. Bagi Israel, ini adalah panggilan untuk memperkuat pertahanan misil dan mempercepat pengembangan sistem seperti Arrow 4.

Bagi dunia, khususnya negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, meningkatnya kemampuan rudal Iran adalah peringatan bahwa konflik bisa meningkat lebih luas, melibatkan lebih banyak aktor dan berisiko membuka front baru perang terbuka. Maka, intervensi diplomatik dan deeskalasi menjadi sangat penting.

Sejjil bukan sekadar rudal. Ia adalah pernyataan dari Iran kepada dunia: bahwa mereka mampu bertahan, melawan, dan bahkan menyerang balik secara signifikan jika diserang. Dalam ketegangan Iran-Israel yang tak kunjung mereda, rudal ini memperlihatkan betapa cepatnya konflik bisa berubah dari diplomasi menjadi destruksi.

Oleh karena itu, publik perlu memahami bahwa di balik kecanggihan teknologi militer ini, yang paling terancam adalah stabilitas kawasan dan keselamatan manusia. *