PALU, CS – Angka kasus kanker serviks di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data tahun 2022, tercatat 36.964 kasus baru dengan angka kematian mencapai 20.708 jiwa per tahun.
Hal tersebut diungkapkan oleh, dr. Gina Andyka Hutasoit, M.Biomed, saat menjadi narasumber dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Sharing Session With the Expert: Cegah dan Deteksi Kanker Payudara Sejak Dini” yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako (FK Untad) di Aula Baru FK Untad, Jumat (31/10/2025).
Dalam pemaparannya, dr. Gina Andyka Hutasoit menjelaskan bahwa kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari sel-sel leher rahim (serviks) dan menjadi kanker nomor dua paling banyak diderita perempuan di dunia.
Penyebab utamanya adalah infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) yang dapat memicu displasia serviks, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi menjadi kanker.
“Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan melalui vaksinasi HPV dan pemeriksaan pap smear secara berkala untuk mendeteksi perubahan sel sejak dini,” jelas dr. Gina.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini dan vaksinasi HPV sebagai langkah paling efektif menekan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks, terutama di kalangan perempuan usia produktif.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh FK Untad dalam rangka memperingati Bulan Peduli Kanker Payudara (Breast Cancer Awareness Month) yang rutin diperingati setiap Oktober.
Acara dihadiri oleh mahasiswa, dosen, tenaga medis, serta masyarakat umum yang antusias mengikuti sesi edukasi kesehatan tersebut.
Selain dr. Gina, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber lain, dr. Yusfitaria Alvina, Sp.B, Subsp. Onk(K), MARS, M.Kes., yang membawakan materi tentang kanker payudara (Ca mammae).
Ia menjelaskan bahwa kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari sel kelenjar atau jaringan penunjang payudara, dengan faktor risiko meliputi genetik, pola hidup tidak sehat, konsumsi lemak jenuh, obesitas, serta usia melahirkan dan menopause.
“Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga berat badan ideal, berolahraga minimal dua kali seminggu, dan melakukan pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) secara rutin,” ujarnya.
Editor: Yamin


 
															 
							 
							 
							 
					 
					 
					