PALU,CS – Rabu pagi 28 November 2020 pasar tradisional di Kelurahan Lasoni Kota Palu kembali ramai didatangi pembeli. Kondisi pasar sangat padat merayap dan lalu lalang berdesakan.
Pasar Lasoani memang hanya buka dua kali sepekan, yakni Rabu dan Sabtu. Jika harinya tiba, pasar ini menjadi alternatif warga Kota Palu di Kecamatan Mantikulore dan Palu Selatan. Segala rupa kebutuhan bisa dibeli di sana.
Aktifitas di pasar ini tetap berdenyut kencang tatkala wabah Corona Virus Disease (Covid 19) ditetapkan sebagai bencana nasional non alam. April 2020 silam. Kala itu pedagang maupun pembeli tak mau pusing isu pandemi yang disebut-sebut telah menelan ratusan korban jiwa.
Bahkan saat pemerintah tegas, membatasi segala kegiatan yang mengundang kerumunan, pasar ini tetap riuh. Tak ada jaga jarak, cuci tangan. Apalagi hand sanitizer. Barang berpindah dari penjual ke pembeli begitu cepat.
“Belum ada kita yang kena korona pak,”celetuk seorang pedagang kepada channelsulawesi.id, Rabu 28 Oktober 2020.
Rabu pagi ini, menjadi bulan ke 7 pandemi Covid 19 berlalu, kegiatan jual beli warga tetap terlihat sama. Tak pernah sepi karena isu wabah. Namun begitu, kini mayoritas para pembeli datang sudah mengenakan masker.
Hanya segelintir saja pedagang yang terpantau tidak mengenakan masker. Misalnya pedagang ikan di sisi Timur pasar. Mereka tetap “enjoy” tanpa masker menjajakan dagangannya.
Kerumunan paling parah terlihat di lapak dagangan pakaian bekas (Cakar). Meski pakaian bekas ini disebut-sebut tidak steeril, pembeli tetap saja asik mengais bersama mencari potongan baju atau celana yang diinginkan. Debu beterbangan, pun tak dipedulikan.
Wisna (45) seorang pedagang musiman mengaku tau dan kerap mengikuti berita perkembangan wabah ini. Termasuk imbauan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai aktifitas. Iapun paham tentang istilah jarak dan mengindari kerumunan.
Awalnya ia disiplin dan ketat saat berinteraksi dengan pembeli yang silih berganti. Mengoleskan hand sanitizer selepas menerima uang dari pembeli.
“Sempat juga kita takut waktu diberitakan banyak orang meninggal lantaran virus ini,”ujarnya.
Kinipun ia tetap mengikuti perkembangan informasi wabah ini. Iapun tau di Kota Palu kasusnya sedang naik. Tapi menurutnya hampir seluruh pedagang yang datang tidak terpengaruh dengan isu tersebut. Jumlah pedagang sebutnya bahkan terus bertambah.
“Karena saya liat dorang santai-santai semua. Tetap sehat setiap datang bajual. Saya jadi ikut terbiasa. Tidak takut-takut lagi dengan pembeli yang datang. Saya sudah tidak pakai hand sanitizer lagile,”ucapnya.
Warga Desa Dolo Kabupaten Sigi ini mengutarakan, kini bahkan tidak percaya lagi dengan bahaya Covid 19. Pertama karena tak ada satupun pedagang yang ia ketahui terserang virus lantaran tidak menjaga jarak saat menjajakan dagangan.
“Kalau memang ini virus bahaya dan cepat menyebar, mungkin kita semua yang bajual disini sudah kena. Tapi sampai sekarang tidak ada,” terangnya.
Alasan lain ia kemukakan karena orang-orang yang diberitakan sakit karena Covid 19 umunya sembuh.
Prinsip ini juga dipegang Akbar, salahsatu pedagang ikan. Kepada channelsulawesi Akbar bahkan mengaku sama sekali tidak percaya virus ini.
“Tidak ada itu pak. Buktinya torang ini tetap sehat. Alhamdulillah,”katanya.
Akbar yang saat ditemui memang mengenakan masker. Tapi dia mengaku masker itu ia pakai hanya sekedar untuk mengikuti imbauan pemerintah. Bukan karena takut terserang virus.
“Jangan sampai kita kena razia,”ujarnya sambil tertawa kecil.
Apa yang diakui Akbar ini diamini rekan sesamanya di lapak ikan. Setidaknya mayoritas mereka terpantau tidak mengenakan masker saat berjualan. Tapi pada dasarnya mereka semua punya masker yang disimpan dalam sakunya.
“Jangan nanti tiba-tiba ada razia,”celetuk pedagang lainnya.
Pantauan Channelsulawesi di kompleks pasar, tak ada satupun lembaran imbauan pengumuman tentang protokol kesehatan yang terpampang. (MDI)
Tinggalkan Balasan