Kudeta dan Demokrasi

Andika

“Everything will be OK” atau “Semua akan baik-baik saja” tulis Kaos yang dikenakan Angel (19) dalam protes anti Junta Militer di Miyanmar. Angel, yang juga dikenal sebagai Kyal Sin, tahu apa yang dia hadapi dan mungkin tidak akan berakhir dengan baik.

Angel

Anak gadis itu tewas tertembak

Bacaan Lainnya

Segera tema Kudeta, menyeruak. Meja kajian kembali digelar. Sejarah dibentangkan lagi. Lantaran Junta militer Miyanmar kembali mempraktikkan cara tua ini mengambil kekuasaan.

Junta Militer Miyanmar, mereka memprovokasi keadaaan hingga melahirkan kelompok perlawanan kudeta. Rakyat Miyanmar sadar, ini adalah upaya untuk membunuh demokrasi yang susah payah diperjuangkan.

Aang Suy Ki, salah satu pejuang demokrasi Miyanmar yang kita kenal. Seorang perempuan yang berfikir moderen lebih dari 20 tahun menjadi tahanan rumah junta militer. Selepas ia memanggungkan demokrasi, kini dihadang lagi.

Baca Juga :  Asa Prof Kusnandi, Mengawal Vaksin Covid-19

Apa yang terjadi di Miyanmar hari ini, menunjukkan bahwa pertarungan gagasan, dalam perspektif lebih mendasar tentang kekuasaan, belum selesai. Konsolidasi gagasan beserta instrumen pertarungannya adalah sesuatu yang bertele-tele bagi sebagian orang.

Tidak perlu ikuti proses dan aturan pemilu. Potong kompas, gunakan bedil, rebut kursi. Kira-kira demikian itulah anggapan sederhana junta militer Miyanmar.

Lalu apa relevansi kudeta dan demokrasi ?

Pertama-tama, mari kita mengurai pengertian dari dua istilah penting ini. Secara umum, demokrasi adalah sebuah model kesetaraan dalam pengambilan keputusan. Semua warga negara memiliki hak yang sama, baik dengan cara perwakilan, maupun langsung turut membuat sebuah produk undang-undang.

Pemilu adalah metode suksesi dalam demokrasi. Setiap warga negara memiliki hak dipilih dan memilih, tentu dengan segala prasyarat dan instrumen yang diperlukan. Sesederhana itu. Tetapi tentu tidak gampang. Rumit, iya!

Sebaliknya, kudeta adalah upaya paksa, melalui rongrongan wibawa negara dalam pengambilalihan kekuasaan. Kudeta dilakukan pertama kali dengan cara menduduki pos-pos penting kekuasaan, menarik dukungan secara legal dari rakyat.

Baca Juga :  Politik Sepeda dan Konsolidasi Kebaikan Umum

Walaupun memang terkesan cepat, namun ia sebuah tindakan sepihak. Umumnya, kudeta dilakukan dengan cara membangun kekuatan imbangan. Kekuasaan tandingan dibangun dengan menempatkan orang dalam struktur dan organisasi negara. Lalu membangun propaganda dukungan dari rakyat.

Kudeta selalu memakan tumbal. Bahwa kedua kekuatan yang bertarung akan mensupremasi diri, baik itu yang ingin mempertahankan kekuasaan maupun yang hendak menggulingkan. Adu-adu kekuatan sudah pasti.

Dan dari banyak contoh dalam sejarah, tidak sedikit rakyat sipil menjadi korban, meneteskan darah, bahkan korban jiwa. Baik itu yang bergerak sebagai simpatisan, maupun para pejuang independen demokrasi.

“Wabah Kudeta”

Narasi kudeta yang sedang berkembang ini bisa jadi cerminan demokrasi. Khusus Asia Tenggara, konsolidasi regional mengenai demokrasi memang mengalami banyak sumbatan. Selain konflik etno religius, konsolidasi demokrasi sebagai gagasan juga tidak menyentuh aspek krusial, kebebasan berekspresi.

Baca Juga :  Diskresi, Sentralisasi dan Legacy Rusdy Mastura

Pembatasan ruang ekspresi dalam konsolidasi demokrasi Asia Tenggara telah melahirkan oligarki, dan habitus bibit-bibit kekuatan facis. Apa yang sedang ditunjukkan di Miyanmar bisa jadi juga adalah ekspresi dari kebuntuan “konsep berbagi kemakmuran”.

Faktanya memang telanjang. Dalam 20 tahun terakhir, kekuasaan yang lahir dari demokrasi tidak mampu menyeimbangkan kesetaraan ekonomi. Kemiskinan, pengungsi, migrasi, penyakit dan ketidakadilan belum mampu di jawab oleh kekuasaan hasil demokrasi.

Tentu, ini adalah peringatan keras! Demokrasi yang telah berjalan sejauh ini gagal mengkonsolidasikan sebuah keadaan masyarakat baru yang lebih sejahtera. Ruang inilah yang sekarang kembali memberi tempat lahirnya pedagogi-pedagogi dan narasi-narasi provokatif kudeta.

Bisa jadi, semua orang sekarang mengharapkan sebuah keadaan alternatif. Selain mencemaskan, itu menunjukkan kegentingan! Wallahualam..

Penulis :  Andika

 

Pos terkait