Mahasiswa Untad Minta Kebebasan Berekspresi Dijamin Negara

PALU, CS – Puluhan Mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) menggelar aksi Kamisan, meminta agar kebebasan berekspresi mendapat dijamin penuh dari negara, di depan pintu gerbang Untad, Kamis 18 Maret 2022.

Aksi kamisan yang dilakukan hari ini adalah aksi kamisan yang ke 35 kalinya telah digelar mahasiswa.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan membuka mimbar bebas, di Depan Kampus Untad dengan tema Perempuan Melawan Kapitalisme dan Militerisme Semakin Masif Represifitas.

Mimbar bebas Aksi Kamisan Palu yang ke-35 ini dimulai sejak pukul 15.00 sampai 17.00 WITA. Peserta aksi secara bergiliran menyampaikan orasinya. Adapun isi-isu yang disampaikan oleh mahasiswa sangat beragam mulai dari mengecam bahaya kapitalis pertambangan, pelecehan seksual, perampasan lahan petani, hingga adanya tindakan berlebihan oleh aparat terhadap rakyat dalam melakukan aksi demonstrasi dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Juga :  Di Musda Brigade Manguni, Nathan Sosialisasi Pembatasan Kantong Plastik dan Styrofoam

“Dalam aksi kamisan ini, lagi dan lagi kita selalu menentang pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terus terjadi di banyak daerah. Terutama yang dilakukan oleh aparat negara, hanya karena rakyat menolak kegiatan korporasi pertambangan yang menimbulkan daya rusak lingkungan ke depannya”, ujar Koordinator lapangan dalam orasinya.

Lanjutnya, dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi kerap menerima tindak kekerasan dari aparat, salah satunya ibu-ibu yang melakukan aksi menolak tambang di parigi juga mendapat tindakan represif dari aparat.

Selain itu, salah seorang masa aksi, Iskandar Lamaehu menuturkan bahwa penyelesaian kasus kekerasan seksual juga terkesan tidak di tangani secara serius oleh negara.

Baca Juga :  Imran Lataha Tutup Gebyar Hardiknas Palu

“Sampai sekarang kasus pelecahan seksual yang ada di Indonesia sejak masa Reformasi 98′ hingga kini belum terungkap, bahkan payung hukum terhadap korban tak ada kejelasan. Bisa di pastikan HAM tidak pernah ditegakan, karena perempuan merupakan dasar keadilan dengan menjunjung etiks of care(etika kepedulian, Red),”tegasnya.

Aksi mimbar bebas pun ditutup dengan melakukan sesi foto-foto bersama dan setelah itu melakukan briefing, evaluasi kegiatan. (ADK)

Pos terkait