PALU, CS – Tim sepak bola Sulawesi Tengah yang berlaga di PON XXI Aceh-Sumut disambut haru oleh masyarakat Kota Palu saat tiba di Bandara SIS Aljufri, Kamis 19 September 2024 siang.
Penyambutan yang dipimpin langsung oleh Ketua Asosiasi Provinsi (ASPROV) PSSI Sulawesi Tengah, Hadianto Rasyid, diwarnai rasa haru, karena perjuangan keras tim yang sangat keras dirusak oleh kepemimpinan wasit.
Dalam kesempatan itu, Hadianto Rasyid tak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap pertandingan sepak bola di PON XXI.
Ia mengaku sangat sedih melihat perjuangan anak-anak Sulawesi Tengah yang dianggapnya tidak dihargai dengan layak. Hadianto secara tegas menyoroti keputusan-keputusan dalam pertandingan yang menurutnya tidak adil.
“Saya sedih buat anak-anak. Kekecewaan yang luar biasa karena apa yang kami harapkan tidak dipertimbangkan. Harusnya PSSI dan pihak terkait memperhatikan permintaan kami sebagai masyarakat Sulteng,” ujar Hadianto dalam pernyataannya di depan awak media.
Hadianto menambahkan bahwa harapan masyarakat Sulteng terhadap ajang PON ini sangat besar, mengingat perbedaannya dengan Liga 1 yang diadakan secara rutin. Namun, menurutnya, PON XXI justru mencatatkan sejarah kelam dalam cabang sepak bola.
“Kami, masyarakat Sulteng, tidak tahu lagi harus berkata apa. PON kali ini menurut saya adalah sejarah terburuk, terutama untuk cabang sepak bola,” lanjutnya dengan nada kecewa.
Sebagai anggota PSSI, Hadianto mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengajukan nota keberatan atas hasil pertandingan tersebut.
Namun, ia menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada PSSI sebagai otoritas tertinggi. Ia berharap PSSI bertanggung jawab penuh atas keputusan-keputusan yang dibuat dalam pertandingan tersebut.
“Ini semacam kriminalisasi, tapi kami serahkan kepada PSSI, karena mereka yang paling benar dalam hal ini,” tegasnya.
Selain itu, Hadianto mengungkapkan bahwa ia sulit menyampaikan sesuatu kepada para pemain yang telah berjuang keras di bawah asuhan pelatih Zulkifli Syukur. Menurutnya, para pemain sudah menunjukkan performa terbaik mereka meski mendapat perlakuan yang tidak adil dari wasit yang memimpin pertandingan.
“Bagi kami, anak-anak sudah memberikan yang terbaik. Kita sudah lihat peningkatan performa mereka, dan tujuan dari PON ini sebenarnya adalah untuk menciptakan bibit-bibit atlet yang akan berkontribusi bagi bangsa dan negara,” jelas Hadianto.
Meski penuh kekecewaan, Hadianto menegaskan bahwa ia akan terus memberikan perhatian kepada para atlet sepak bola Sulawesi Tengah dan tetap berharap keadilan ditegakkan dalam ajang olahraga nasional tersebut.
“Saya tidak tahu harus bilang apa lagi. Mereka ini manusia juga, punya batas kesabaran, dan pertandingan ini, saya tidak tahu lagi mau menyebutnya apa, pokoknya kacau,” pungkasnya. **