PALU, CS – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mengkonfirmasi bahwa lonjakan kasus malaria di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) berawal dari kasus impor yang dibawa seorang pekerja tambang dari Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, Oktober 2024 lalu.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulteng, dr. Jumriani, di ruang kerjanya, Jumat (12/9/2025).

“Ada laporan bahwa ada infeksi kasus malaria baru tapi impor dari luar. Impor dari luar itu maksudnya dia bukan orang situ,” jelas Jumriani.

Menurutnya, pekerja tersebut berasal dari daerah yang juga berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Setelah masuk ke area tambang di Parimo, penularan mulai terjadi karena masih ditemukannya vektor nyamuk malaria di sekitar lokasi bekas tambang.

Penularan makin meluas ketika penderita berobat ke permukiman warga. Selain itu, genangan air di bekas galian tambang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, yang memicu peningkatan jumlah kasus.

Mayoritas penderita merupakan laki-laki usia produktif yang bekerja di sektor pertambangan. Hingga 11 September 2025, tercatat sebanyak 190 kasus malaria di Kabupaten Parimo, dengan konsentrasi terbanyak di Kecamatan Moutong. Meski belum ada laporan korban meninggal, kasus baru masih muncul setiap hari, dengan rata-rata 1 hingga 2 kasus.

“Yang meninggal enggak ada,” ujar Jumriani.

Menanggapi situasi ini, tim dari Dinkes provinsi bersama pemerintah kabupaten telah melakukan berbagai upaya, termasuk pemeriksaan cepat (RDT), penyelidikan epidemiologi, penyemprotan larvasida, dan pembagian kelambu berinsektisida.

Pemerintah pusat juga telah turun tangan sebanyak tiga kali untuk membantu memperkuat penanganan. Pemerintah Kabupaten. *

Editor: Yamin