SIGI, CS – Suasana keakraban mewarnai kegiatan sosialisasi Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah, yang digelar Bank Indonesia (BI) di Desa Kalukubula, Kabupaten Sigi, Jumat (31/10/2025) malam.

Kegiatan yang dikemas dalam konsep layar tancap itu dihadiri puluhan warga, didominasi ibu rumah tangga dan pelaku UMKM, yang antusias mengikuti pemutaran video edukatif serta diskusi interaktif seputar pengelolaan keuangan keluarga.

Kegiatan yang berlangsung sejak usai salat Isya hingga sekitar pukul 22.00 WITA itu turut dihadiri Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Kantor Desa Kalukubula, Muh. Azam, serta penyuluh KB Kecamatan Sigi Biromaru yang mendampingi masyarakat selama kegiatan.

Melalui program edukasi tersebut, Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk lebih mengenal makna rupiah serta memahami cara menjaga keaslian dan kelayakan uang yang beredar.

Dua narasumber BI, Mas Raja putra daerah asal Kaili, dan Uda Rifco dari Padang, memaparkan konsep 5J (Jangan Dilipat, Jangan Disteples, Jangan Direndam, Jangan Diremas, dan Jangan Ditulis) serta 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang), sebagai panduan merawat dan mengenali uang rupiah.

Suasana sosialisasi berlangsung hangat dan penuh tawa. Kedua narasumber menggunakan pendekatan ringan dan humoris agar pesan lebih mudah dipahami. “Apanya yang diraba?” canda Uda Rifco, yang sontak memicu gelak tawa peserta sebelum menjelaskan maksud ciri uang asli melalui gambar burung garuda di uang kertas.

Warga juga diajak berpartisipasi dalam kuis berhadiah dan permainan tebak gambar pahlawan di uang rupiah. Selain hiburan, banyak peserta, khususnya pelaku UMKM, memanfaatkan sesi tanya jawab untuk menanyakan cara membuat QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) guna menerima pembayaran digital.

Rifco menjelaskan bahwa pembuatan QRIS dapat dilakukan dengan mudah melalui laman resmi qris.id, serta mengimbau warga agar memanfaatkan teknologi keuangan digital yang aman dan legal.

Dalam sesi lain, peserta menanyakan mekanisme penukaran uang rusak dan penggunaan uang logam. Pihak BI menegaskan bahwa uang kertas yang rusak minimal 70 persen masih bisa ditukar, dan semua uang logam, termasuk nominal Rp50, tetap sah sebagai alat pembayaran.

Kegiatan juga membahas tantangan menabung di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Seorang warga mengaku kesulitan menyisihkan uang, namun berniat mulai menabung melalui sistem digital agar lebih disiplin.

Salah satu peserta, Ibu Nurafiyah, kader KB selama 10 tahun, mengaku terinspirasi oleh kegiatan tersebut.

“Karena kegiatan ini, saya jadi lebih tahu kalau uang rupiah harus dijaga. Pulang dari sini, saya akan lebih menghargai uang, tidak sembarangan melipat atau menulis di atasnya,” ujarnya haru.

Acara berakhir dengan suasana penuh kehangatan. Warga tampak puas dan gembira saat meninggalkan lokasi sambil membawa paket konsumsi yang disediakan panitia.

Editor: Yamin