PALU,CS – Asisten bidang Administrasi Umum Setda Kota Palu, Imran Lataha membuka Seminar Pendidikan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2024 tingkat Kota Palu, Kamis 25 April 2024 di Grand Duta Hotel Palu.Seminar yang menghadirkan sejumlah narasumber ini mengangkat tema “Semarakkan Hardiknas 2024 Menuju Transformasi Pendidikan Kota Palu yang Berbudaya, melalui Peluncuran Perwali Nomor 48 Tahun 2023.”
Imran dalam wali kota menyampaikan bahwa, memajukan pendidikan adalah prioritas pertama pembangunan Pemerintah Kota Palu. Hal ini dikarenakan, pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan lintas sektor.
Menurutnya penyelenggaraan pendidikan harus mampu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas manusia, yang berlandaskan iman, takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
“Untuk mewujudkan kondisi itu, harus dibangun pola pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Penyesuaian pola didik dan pola asuh bagi anak didik, juga tidak boleh meninggalkan kearifan lokal di Lembah Kaili,” kata Imran
Imran menekankan merdeka belajar harus terlaksana dengan tidak mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal di Kota Palu. Untuk mewujudkan kebijakan Merdeka Belajar melalui program Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, dan Implementasi Kurikulum membutuhkan kebijakan spesifik di Kota Palu. Penyelenggaraan sekolah penggerak dan implementasi kurikulum merdeka, harus mampu meningkatkan prestasi siswa dari tahun ke tahun, terutama pada literasi dan numerasi.
“Selanjutnya, harus tercipta lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Begitupun dengan karakter siswa harus mengarah ke karakter positif,” ujarnya
“Selanjutnya, pembelajaran harus dilakukan sesuai kebutuhan siswa. Berikan pendidikan sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga harus terbangun kedekatan oleh pendidik dengan anak didik,” lanjut asisten.
Imran juga menjelaskan bahwa, agama mengajarkan kepada semua untuk terus mengembangkan diri dan mencari ilmu. Jika dikomparasikan antara ilmu dan harta, maka ilmu lebih baik dari pada harta. Harta makin lama didiamkan, makin bertambah usang, sedangkan ilmu tidak bisa lapuk dan usang. Selain itu, harta bisa membuat hati menjadi keras, sedang ilmu itu menerangi hati.
Itu sebagaimana ungkapan Sayyidina Ali yang menyatakan, ilmu pengetahuan akan menjagamu, sementara harta harus engkau jaga. Demikian juga harta akan berkurang, jika diberikan ke orang lain. Sementara ilmu pengetahuan, makin kuat jika diberikan kepada orang lain.
“Ilmu pengetahuan adalah yang berkuasa, sementara harta adalah yang dikuasai,” kata asisten.
Selain itu, Asisten Imran juga mengutip pendapat Imam Al-Ghazali yang membagi manusia menjadi empat golongan. Golongan pertama, seseorang yang berilmu dan tahu kalau dia berilmu. Orang seperti ini merupakan golongan manusia yang paling baik.
Sebab, orang yang tahu bahwa dirinya mengetahui, merupakan perilaku orang pintar, memiliki kemapanan ilmu, serta mengetahui bahwa ilmu yang didapat harus benar-benar dimanfaatkan untuk orang lain. Golongan kedua, seseorang yang berilmu dan tidak tahu kalau dia berilmu. Golongan ini sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwa orang ini sebenarnya memiliki potensi atau kemapanan ilmu, akan tetapi tidak menyadari atau tidak mengoptimalkannya untuk keperluan umat.
“Kalau dianalogikan seperti Macan Tidur. Orang seperti ini, harus disadarkan bahwa begitu banyak potensinya yang tidak termanfaatkan,” kata asisten.
Golongan ketiga, seseorang yang tidak berilmu dan tahu kalau dia tidak berilmu. Golongan ini adalah mereka yang sedang dalam proses mencari ilmu. Berangkat dari sesuatu yang tidak diketahui sehingga berusaha keras untuk mengetahuinya.
“Orang-orang seperti ini, masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannya. Jadi golongan ini bisa dikatakan belum memiliki kapasitas ilmu yang memadai, akan tetapi dia tahu dan menyadari fakta tersebut, sehingga berusaha keras untuk belajar dan mengejar ketertinggalan,” jelas asisten.
Sementara golongan keempat, seseorang yang tidak berilmu dan tidak tahu kalau dia tidak berilmu. Golongan ini, masuk dalam kategori paling buruk. Orang seperti ini susah diingatkan, selalu merasa tahu, memiliki ilmu, berhak menjawab semua persoalan, padahal tidak mengetahui apa-apa. Sehingga, dapat dikatakan kepada orang seperti ini, bahwa apa yang diucapkan lebih banyak menyesatkan, karena tidak memiliki landasan keilmuan yang jelas dan mapan.
Oleh karena itu, asisten berpesan kepada pendidik, jangan sampai masuk ke dalam golongan keempat ini, karena akan menjerumuskan anak didik kedepannya. Para pendidik sebagai garda terdepan dalam pendidikan di Kota Palu, dituntut untuk mampu menjadi agen perubahan bagi ekosistem pendidikan di lingkungan masing-masing
“Kita harus menjadi kelompok yang berilmu dan tahu kalau berilmu, atau menjadi kelompok yang tidak berilmu tapi tahu kalau tidak berilmu. Jangan menjadi kelompok yang tidak berilmu dan tidak tahu kalau tidak berilmu,” tutup asisten.
Pembukaan seminar yang diikuti sejumlah pendidik di tingkat PAUD, SD, maupun SMP di lingkup Pemerintah Kota Palu, ditandai dengan pemukulan gong secara resmi oleh Asisten Imran didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Palu, Hardi (**)