PARIMO,CS – Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darussholihin Nahdlatul Wathan (NW) Auma, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), menyatakan dukungannya terhadap Satgas Operasi Madago Raya tahun 2025 dalam mencegah penyebaran paham radikal di wilayah Sulawesi Tengah.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pelaksana Harian Pesantren, Saparwadi, S.Pd.I, yang menegaskan komitmen lembaga pendidikan tersebut untuk ikut berperan aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, khususnya di Kabupaten Parigi Moutong.
“Pondok Pesantren ini akan senantiasa mendukung tugas aparat, khususnya Satgas Madago Raya, dalam menangkal berkembangnya paham radikal yang dapat mengarah pada tindakan terorisme,” ujarnya.
Pesantren yang berdiri sejak tahun 2010 ini merupakan cabang dari Pondok Pesantren Darussholihin NW di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang didirikan oleh ulama kharismatik, Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Dengan total santri sebanyak 431 orang dan 170 di antaranya tinggal di asrama untuk mengikuti program Tahfidz Al-Qur’an, lembaga ini memiliki tiga jenjang pendidikan formal: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Selain kurikulum nasional, pesantren ini juga menekankan pengajaran agama melalui program unggulan seperti Tahfidz Al-Qur’an, Tahfidz Hadits Arbain, seni baca Al-Qur’an, kursus bahasa Arab-Inggris, dan pengenalan kitab kuning.
“Melalui visi dan misi pesantren, kami ingin mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan memiliki karakter yang santun dan disiplin,” tambah Saparwadi.
Pondok Pesantren Darussholihin NW Auma juga aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan, termasuk memperingati hari besar Islam yang melibatkan masyarakat dan tokoh-tokoh setempat. Santri-santrinya kerap meraih prestasi dalam lomba keagamaan maupun non-keagamaan.
Dengan latar belakang dan peran strategis ini, pihak pesantren menyatakan siap bersinergi dengan Kepolisian dalam pelaksanaan Operasi Madago Raya tahun 2025, khususnya dalam mencegah munculnya paham radikal di lingkungan pendidikan dan masyarakat sekitar.
“Kami menolak keras paham radikal yang dapat memicu konflik dan mengganggu ketertiban. Mari kita jaga kedamaian wilayah kita agar pembangunan dan kehidupan masyarakat dapat terus berkembang,” pungkasnya. **