MORUT, CS – Memasuki periode kedua kepemimpinannya, Bupati Morowali Utara (Morut), dr. Delis J. Hehi menambahkan satu misi baru dalam arah pembangunan daerah, yakni menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh kecamatan.
Hal itu diungkapkan Delis dalam pernyataannya kepada jurnalis, di Kota Palu, Minggu (22/6/2025) malam.
Ia menegaskan bahwa pemerataan pembangunan ekonomi menjadi prioritas strategis untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah.
“Saat ini di Bungku Utara sudah ada Proyek Strategis Nasional (PSN), di Mamosalato akan dikembangkan kawasan produksi migas, dan di Soyojaya kami fokus pada industri kelapa sawit di wilayah bawah serta hortikultura di wilayah atas,” jelas Delis.
Delis menyebut pembangunan telah dimulai dengan pembebasan lahan dan pembangunan akses jalan. Namun, tantangan muncul karena kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat yang mengakibatkan pemangkasan anggaran sebesar Rp94 miliar, termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan special grant dalam DAU.
Sebagai respons, Pemkab Morowali Utara melakukan efisiensi internal dengan memangkas belanja perjalanan dinas, konsumsi rapat, dan lainnya, yang hanya mampu menghemat sekitar Rp66 miliar.
“APBD kami sebelum pemangkasan sebesar Rp1,7 triliun, kini tinggal sekitar Rp1,6 triliun. Pemotongan ini sangat terasa, apalagi DAK biasanya jadi andalan untuk proyek infrastruktur besar,” tambahnya.
Delis juga memaparkan sejumlah program unggulan, seperti Makan Bergizi (MBG) yang kini telah disiapkan lahan untuk delapan dapur. Tiga di antaranya akan dibangun oleh Badan Gizi Nasional (BGN), sementara sisanya ditargetkan melalui kemitraan swasta.
“Investasinya besar, sekitar Rp3 miliar per dapur. Namun kami sudah siapkan lahannya. CSR dari perusahaan juga kami arahkan membangun dapur ini melalui sinergi bersama Polres dan Kodim,” ungkapnya.
Adapun program Gerbang Desa atau Gerakan Membangun Desa mengalokasikan Rp1 miliar per desa per tahun untuk 122 desa dan 3 kelurahan. Dana ini dialokasikan 70% untuk infrastruktur, 20% untuk UMKM, serta masing-masing 5% untuk penguatan kelembagaan dan perlindungan sosial.
Delis menyebut, sekitar 30.000 KK di Morowali Utara ditargetkan mendapat perlindungan BPJS Ketenagakerjaan. Jika peserta meninggal dunia, keluarga berhak atas santunan sebesar Rp42 juta.
Untuk layanan administrasi kependudukan, Pemda juga menjalankan program SABIT (Satu Lahir, Lima Terbit), yang langsung memberikan lima dokumen penting kepada bayi yang lahir di fasilitas kesehatan.
Di bidang pendidikan, Pemkab Morowali Utara menggratiskan sekolah dari PAUD hingga SMP, dilengkapi dengan BOSDA untuk sekolah negeri maupun swasta. Siswa yang lulus SMA ditawarkan tiga jalur, kuliah dengan beasiswa, kerja dengan pelatihan keterampilan, atau membuka usaha dengan bantuan modal.
Program pengembangan UMKM sebesar Rp300 juta per desa dibagi ke kelompok pemuda, perempuan, serta petani dan nelayan. Kini banyak desa memiliki usaha penyewaan alat pesta, tenda, hingga alat musik milik karang taruna.
Delis menegaskan bahwa berbagai program tersebut telah menunjukkan dampak signifikan. Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Morut tercatat tertinggi di Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Pada 2022, kami tumbuh 36%, disusul 16% pada 2023. Saat ini sudah ada sekitar 1.600 UMKM baru yang tumbuh di Morowali Utara,” pungkas Delis.
Editor : Yamin