MOROWALI, CS – Di balik narasi pertumbuhan ekonomi dan keberhasilan hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah (Sulteng), kenyataan tragis tengah berlangsung di jantung kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Kepala Divisi Kampanye Yayasan Tanah Merdeka (YTM), Mohammad Azis, menyampaikan, sepanjang Januari hingga Mei 2025, delapan kasus kecelakaan kerja terjadi, merenggut tujuh nyawa pekerja.

Terbaru, Yanser, seorang operator dump truck dari PT Zhongxing Telecommunication Equipment (ZTE), meninggal dunia akibat tersengat listrik saat mencuci unit di area tergenang air. Sengatan berasal dari kabel listrik yang terkelupas, insiden yang sebenarnya bisa dicegah jika standar keselamatan kerja ditegakkan.

YTM mengecam keras lemahnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan di kawasan industri tersebut.

“Kecelakaan seperti ini sudah bukan kejadian luar biasa lagi, melainkan menjadi pola yang terus berulang. Ini tragedi sistemik,” ujar Azis, melalui rilis resmi YTM diterima media ini, Jum’at (16/05/2025).

Tak hanya menyoroti manajemen PT IMIP dan tenant-nya, YTM juga mengkritik keras peran pemerintah pusat dan daerah. Dalam pernyataannya, YTM menilai pemerintah terlalu sibuk menggembar-gemborkan angka pertumbuhan ekonomi dan ekspor nikel, tanpa memerhatikan nyawa yang menjadi taruhannya.

“Hilirisasi nikel di Morowali sedang dibayar mahal dengan darah buruh. Pertumbuhan yang dibangun di atas korban manusia bukanlah kemajuan, tapi kejahatan yang dilegalkan,” tegas YTM.

Sejak kawasan IMIP disebut sebagai tulang punggung hilirisasi nasional, Morowali mengalami lonjakan investasi dan pembangunan infrastruktur.

Namun seiring itu, kecelakaan kerja meningkat, banyak di antaranya berujung kematian, dengan penyelesaian yang minim transparansi.

YTM mendesak pemerintah agar memerintahkan penghentian sementara produksi setiap kali terjadi kecelakaan fatal, serta melakukan audit menyeluruh terhadap implementasi K3 di seluruh lini.

Editor : Yamin