POSO, CS – Haswiadi Taher alias Adi Taher, salah satu eks narapidana terorisme (napiter) yang terlibat dalam jaringan terorisme di Kabupaten Poso, kini berkomitmen untuk mendukung pemulihan keamanan dan program deradikalisasi di wilayahnya.
Pria yang berasal dari Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso ini, sebelum ditangkap atas keterlibatannya dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), sehari-hari bekerja sebagai petani coklat di kebun milik keluarganya di daerah pegunungan Desa Kalora.
Setelah menjalani hukuman pidana selama 2 tahun 7 bulan dari vonis 3 tahun, Haswiadi yang kini telah bebas, mengaku kembali ke Desa Kalora dan sempat mengelola kebun coklat milik orang tuanya yang terbengkalai setelah sang ayah meninggal dunia. Namun, setelah beberapa waktu, ia memutuskan untuk bekerja di Kabupaten Morowali bersama temannya, Mat, yang berasal dari desa yang sama.
Setelah kontrak kerjanya berakhir, Haswiadi kembali ke Desa Kalora. Sayangnya, kondisi kesehatannya yang menurun dan memerlukan operasi bedah pada lehernya membuatnya harus istirahat total di rumah tanpa bisa bekerja.
“Setelah selesai operasi, saya tidak bisa melakukan aktivitas berat seperti dulu, termasuk bekerja di kebun. Kondisi saya tidak memungkinkan. Saya hanya bisa beristirahat di rumah,” ungkap Adi Taher saat ditemui di rumahnya, Jumat 29 November 2024.
Adi Taher juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Kepolisian, terutama tim Satgas Operasi Madago Raya, yang baru-baru ini mengunjunginya untuk bersilaturahmi. Ia berharap hubungan yang baik ini terus terjalin demi menciptakan keamanan yang lebih baik di wilayah Poso.
“Ini pertama kalinya pihak Kepolisian datang berkunjung ke rumah saya sejak saya bebas. Saya sangat berterima kasih atas kunjungannya dan berharap kedepan hubungan ini terus berlanjut,” kata Haswiadi.
Pada masa lalu, Haswiadi Taher terlibat dengan kelompok MIT sebagai kurir dan mengetahui keberadaan kelompok tersebut. Atas perannya, ia dijatuhi hukuman penjara selama 3 tahun, yang dijalani di Lapas Cibinong dan Lapas Nusakambangan, hingga akhirnya dinyatakan bebas.
Kini, Haswiadi berkomitmen untuk mendukung program pemerintah, menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membantu pihak Kepolisian dalam mencegah penyebaran pemahaman radikal, intoleransi, dan terorisme di masyarakat.
Ia juga mengajak warga Kabupaten Poso untuk terus menjaga keamanan, tidak mudah terpengaruh ajaran radikal, dan mendukung pembangunan wilayah yang semakin kondusif.
“Saya mendukung penuh upaya pemerintah dan Kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Mari kita jaga bersama wilayah ini agar tetap aman dan damai,” tutup Haswiadi, yang kini berfokus pada kegiatan deradikalisasi di kalangan masyarakat Desa Kalora. **