Jalin Kerjasama, BKKBN dan Untad Jajaki KKN Tematik Stunting

Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati, saat menerima kunjungan Dr. M. Rusydi H, M.Si, Ketua LPPM Untad bersama jajaran, di Ruang Pola BKKBN Sulteng. Selasa 9 November 2021. (FOTO : dok Humas BKKBN Sulteng)

SULTENG, CS –  Kerjasama Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan akademisi berlanjut. Selaras dengan tujuan Pendidikan, BKKBN Sulteng kembali berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako (Untad).

Setelah sebelumnya keduanya bekerjasama dalam pembuatan aplikasi deteksi dini stunting. Kali ini kerjasama yang dibangun adalah, terkait percepatan penurunan stunting melalui KKN tematik.

Bacaan Lainnya

“Ada insan-insan akademisi untuk membantu kita penurunan stunting. Dalam KKN bisa kiranya Untad meniadikan stunting dalam tema KKN nya. Saya ingin mahasiswa dari Sulteng juga ikut ambil peran, berpartisipasi dalam stunting di kegiatan KKN,” tutur Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati, saat menerima kunjungan Dr. M. Rusydi H, M.Si, Ketua LPPM Untad bersama jajaran, di Ruang Pola BKKBN Sulteng. Selasa 9 November 2021.

Baca Juga :  Usung Uta Kelo, BKKBN Sulteng Masuk Nominator ZI

Dikesempatan itu, Rusdy mengatakan, model KKN tematik ini akan menjadi terobosan yang baru dan pertama kali di Sulteng. Dirinya menyebutkan bahwa sebelumnya pernah dilakukan di Universitas di Jawa, tapi tidak terekspos.

Rusydi meyakini, BKKBN memiliki tujuan yang selaras dengan pendidikan. Untuk itu, pihaknya ingin terus melebarkan sayap bersama melakukan terobosan-terobosan yang berdampak bagi peningkatan SDM.

“BKKBN tidak hanya kuantitas, tetapi kini lebih fokus ke kualitas Sumber Daya Manusia, sama dengan tujuan pendidikan.  Kami ingin dengan kerjasama ini hasilnya bisa dinikmati anak cucu, serta Sulteng bisa lebih maju dari provinsi lainnya,” tuturnya.

Prof. Dr. Rosmala Nur, M.Si. memberikan gambaran, dari lima angkatan setiap tahunnya, masing-masing angkatan akan melakukan KKN selama 1 bulan, dengan intervensi kegiatan berbeda disetiap bulannya, serta diakhir kegiatan dilakukan evaluasi.

Baca Juga :  Rektor Untad Lantik Wakil Dekan FKM

“Kami sedang menyusun gambaran rinci kegiatan dalam 1 bulan. Kita akan melihat dari lia bulan atau lima angkatan itu sudah berapa penurunan stunting yang terjadi, terukur kerjanya kita,” ucapnya.

Sementara untuk jumlah peserta KKN Untad diungkapkan Koordinator Pusbang Pengabdian dan KKN LPPM Untad, Dr Nawawi, dalam 1 tahun KKN regular terdiri dari 5 angkatan. 1 angkatan berkisar kurang lebih 1500 hingga 1750 orang yang berasal dari 10 fakultas. Dan untuk peserta KKN tematik, dirinya memastikan akan terpenuhi.

“Insya Allah untuk pemenuhan jumlah orang KKN tematik kami bisa penuhi,” terangnya.

Rencananya project ini akan diuji cobakan di dua daerah dengan angka stunting tinggi, yaitu di Kabupaten Donggala dan Sigi, namun sebelum itu rancangan model KKN Tematik ini akan di paparkan kepada Deputi Bidang Latbang BKKBN di tahun ini juga.

Erna menekankan, sasaran penurunan stunting sesuai Perpres 72 tahun 2021 adalah keluarga berisiko stunting mulai dari Prakonsepsi pada remaja yang siap menikah atau calon pengantin, Ibu hamil, ibu pasca melahirkan dan menyusui, Anak usia 0 hinggs 23 bulan dan Anak usia 24 hinggs 59 bulan.

Baca Juga :  Bidang Kerjasama Untad Gelar Sosialisasi dan Workshop Penyamaan Persepsi Dokumen MoU, MoA dan LOI

“Ada dus hal yang harus kita perhatikan, selain menangani kasus stunting, jangan lupa stunting ini siklus hidup, keluarga yang berisiko itu juga sasaran kita,” ujarnya kepada akademisi dari LPPM yang diantaranya tergabung dalam TIM moms care.

Sebagai bahan masukan penyusunan model KKN Tematik stunting, Erna berharap ditahap awal mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data untuk mengidentifikasi keluarga berisiko stunting, juga mensosialisasikan penggunaan aplikasi randa kabilasa dan moms care, serta dapat mengaktualisasikan dirinya agar dapat meninggalkan jejak kenangan pada masyarakat

“Mahasiswa itu kaum milenial pemikirannya out of the box, mungkin mereka bisa mengintervensi dengan kearifan lokal, ada kenang-kenangan yang ditinggalkan oleh mahasiswa KKN,” pungkasnya. **

Pos terkait