POSO, CS – Komunitas Perhimpunan Perempuan Damai Poso (Perdapos) Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), mencoba kembali menghidupkan budaya lokal dengan menggelar festival budaya Pamona.
Kegiatan itu dilaksanakan, dalam rangka ikut melestarikan serta kampanyekan budaya dan lagu-lagu daerah tradisional yang mulai ditinggalkan kaum muda. Festival musik dan lagu daerah khas suku Pamona berupa musik karambangan dan lagu tradisional solo tersebut, digelar di Desa Meko dan Desa Dulumai, Kecamatan Pamona Puselemba, mulai 28 hingga 29 Desember 2021.
Ketua Perdapos, Vivin Baso Ali, di Desa Dulumai, kamis 30 Desember 2021 mengatakan, festival budaya Pamona dilaksanakan dalam bentuk lomba musik Karambangan dan lagu solo daerah, karena merupakan kampanye untuk mengangkat serta melestariakan kembali adat, budaya tradisional suku Pamona yang mulai tergerus dan ditinggalkan oleh kaum muda.
Diakuinya, selain untuk mengangkat kembali budaya lagu dan musik khas adat Pamona, kegiatan ini juga sekaligus masih dalam rangkaian hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2021 kemarin, yang dikemas dengan perlombaan musik karambangan group dan lagu solo, yang pesertanya dodominasi oleh kaum ibu.
‘’Harapan saya dengan adanya kegiatan ini, kedepan bisa bermanfaat bagi para generasi muda, baik yang ada di Desa Meko, ataupun Desa Dulumai. Ini adalah kegiatan perdana Perdapos, dan kita upayakan setiap tahun akan digelar secara bergilir di semua Desa. Intinya kami akan kampanyekan untuk kita hidupkan dan melestarikan kembali budaya-budaya tradisional yang ada di Poso,’’ ucap Vivin
Vivin menjelaskan, kegiatan itu tidak jauh berbeda dengan perlombaan –perlombaan yang biasa. Kegiatan tersebut juga melibatkan para dewan juri dari para seniman dan tokoh-tokoh adat setempat. Dalam kegiatan festival tersebut, pihak panitia sendiri menyiapkan beberapa alat musik tradisional Pamona, seperti geso-geso, seruling, gong, dan gendang sebagai pengantar musik saat lomba berlangsung khususnya untuk jenis lomba karambangan. Sementara untuk lomba lagu solo disertai oleh gitar.
Tujuan dari kegiatan tersebut menurutnya adalah untuk menggali dang mengingatkan kembali ingatan masyarakat suku Pamona khususnya, kaum muda-mudi di Desa Meko dan Desa Dulumai tentang budaya, dimana dalam dua tahun terakhir Kabupaten Poso juga terampak dengan wabah Covid-19.
Dia berharap, semoga dengan adanya festival tersebut, masyarakat akan bangkit dengan penuh semangat untuk tetap menjaga pelestarian adat dan budaya Pamona, khususnya musik karambangan serta budaya-budaya tradisional lainnya yang sudah mulai ditinggalkan oleh kaum milenial yang kini lebih menyukai musik-musik barat atau versi musik Korea.
‘’Jadi saya meliha sekarang ini untuk kaum muda-mudi yang ada di kampung, sepertinya mereka lebih banyak menyukai musik-musik barat atau jenis musik lainnya daripada harus mendengarkan musik tradisional, untuk itu kami semua berharap dengan adanya festival musik ini, mereka bisa mengingat jika ternyata ada musik tradisional peninggalan leluhur yang jauh lebih bagus. Nah, itu yang harus kita tanamkan bagi para generasi penerus,’’ harap Vivin.
Ditempat yang sama Efren Ponangge, selaku kepala Desa Dulumai yang turut dikonfirmasi sangat mengapresiasi kepada komunitas Perdapos yang telah sukses menggelar festival budaya daerah di tengah-tengah masa pandemi covid-19 .
Dia berharap, festival budaya tersebut dilakukan secara berkesinambugan, agar budaya-budaya, seperti musik dan lagu-lagu daerah yang sudah mulai ditinggalkan oleh kaum muda, bisa dibangkitkan kembali , meskipun kegiatan yang dilakukan tidak terlalu meriah. Karena mengingat kondisi Kabupaten Poso yang masih dalam masa Pandemi Covid -19.
‘’Saya sangat bersyukur, kegiatan festival budaya ini bisa terlaksana dengan baik, para ibu-ibu dan bahkan kaum muda-mudi cukup antusias dalam ikut lomba. Saya sangat mengapresiasi kepada Perdapos bersama panitia, kalau bisa setiap tahun kita akan upayakan harus dilaksanakan, mari kita lestarikan budaya kita,’’ ajak Kades.
Senada dengan Kades, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dulumai, Antonius Umbupura berharap, kegiatan tersebut menjadi moment penting untuk mengangkat kembali budaya-budaya Pamona.
‘’Saya rasa melaui festival ini kita bisa jadikan moment untuk bangkitkan kembali budaya-budaya Pamona,masih banyak musik atau lagu-lagui daerah yang belum terekspose dan terlestarikan, ini baru jenis karambangan dan lagu solo. Harapan kami jangan sampai disini saja, tapi harus terus berkesinambungan agar budaya Pamona tetap terjaga dan tidak terlupakan,’’ harap Antonius.
Kegiatan Festifal yang berlangsung selama dua hari tersebut,selain diikuti oleh pemerintah desa setempat, turut juga dihadiri oleh tokoh adat Berlin Mojanggo bersama puluhan warga setempat. (AC)